Al-Qalb
  • Teras
  • News
  • Doa

Ruh Sebagai “Nur”

9/9/2013

0 Comments

 
Allah Yang Maha Suci dengan sengaja menciptakan ruh yang menjadi sumber kehidupan seluruh makhluk-Nya dari dunia hingga akhirat. Dan pada hakikatnya seluruh ciptaan-Nya tersebut “Hidup” karena tidaklah Ia menciptakan suatu makhluk melainkan padanya ada ruh yang meliputinya. Termasuk langit dan bumi beserta isi antara keduanya pun punya ruh. Allah Yang Hidup adalah Dzat pemberi hidup dan kehidupan pada seluruh makhluk bangsa ruhaniah yang diwujudkan pada alam semesta. Tidak ada yang hidup melainkan dengan sumber kehidupan, yaitu ruh! Adapun ruh sendiri berasal daripada-Nya, dan menjadi nur (hidup) makhluk.

Tetapi bagaimanakah sesungguhnya sifat ruh itu?

Ruh adalah sesuatu yang lembut dan halus, meliputi seluruh keadaan makhluk dan tidaklah ia bertempat pada suatu tempat yang sifatnya lokal dan mikro. Apabila ruh meliputi pada sesuatu yang mati, maka hiduplah sesuatu itu. Ruh tidak dapat diukur besar kecilnya dengan suatu wujud jasmaniah. Ruh tidak berjenis sebagaimana jenis jasmani manusia dan makhluk lainnya. Dan apabila ruh mensifati serta meliputi hati manusia, maka memancarlah “himmah” dan kestabilan serta kekuasaan dalam gerak langkah hidupnya. Dan bilamana menyelusup menyelimuti nafsu (jiwa) serta mendominasinya, tercerminlah kemauan dan semangat hidup dalam menata kehidupannya.

Jika ruh menguasai akal pikiran maka akal pikiran akan menjurus kesempurnaan di dalam pandangan dan dapat menentukan suatu sikap atas dasar pertimbangan yang matang bagi perjalanan hidupnya. Begitulah adanya, jika ruh singgah di telinga maka mendengarlah ia, manakala ruh berkelebat melalui mata maka memandanglah ia, dan ketika ruh bertamasya pada mulut maka berhamburanlah kata-kata yang punya mulut, pun bila ruh menjalar pada tangan maka bergeraklah ia meraba dan mengusap, juga apabila ruh mengalir pada kaki maka dapatlah melangkah tegap ataupun gontai. Begitu pula bila ruh meliputi dan menguasai sel–sel yang bergerak ke seluruh peredaran darah maka tampaklah gerak hidup jasmani.

Ruh adalah golongan makhluk Allahur Rabbul ‘ alamin yang dikekalkan kehidupannya. Adapun hidup serta kehidupan makhluk yang diliputi ruh selalu tumbuh dan berkembang. Allah Yang Maha Kaya menamai kehidupan langit dan bumi beserta isi keduanya dengan isyarat “Nur” (cahaya atau kehidupan), sebagaimana firman-Nya :
Allahu nuurus samaawaati wal ardhi …
“Allah (pemberi) cahaya (hidup) langit dan bumi ….” QS. 24 An Nuur : Ayat 35.

Innallah khalaqa ruuhan nabiyyi shalallahu ‘alaihi wasalam min dzaatihi wakhuliqal ‘aalamu biasrihi min nuuri muhammadin shalallahu ‘ alaihi wasallam. (Al – HADIS )
“Sesungguhnya Allah menciptakan ruh Nabi saw, daripada Dzat-Nya lalu diciptakan alam sekaliannya dengan rahasia-Nya dari pada Nur Muhammad saw.”

Ruh, termasuk makhluk ciptaan-Nya yang gaib dan hidup meliputi dimensi alam jasmaniah. Dan ruh memiliki sifat yang berlawanan dengan jasmani. Ruh adalah Nurullah! Tapi ruh sebagai Nurullah bukan berarti sebagaimana cahaya yang memancar dari matahari atau lampu. Nur dalam pengertian ayat dan Hadis tersebut di atas bermakna Hidup! Yakni suatu makhluk yang hidup dihidupkan Allah Yang Maha Hidup dengan ruh ciptaan-Nya! Allahul Hayyi jualah yang menghidupkannya dengan memberikan ruh ciptaan-Nya.

Kalimat “Nur” di dalam firman Allahul ‘Azhim sangat banyak, bahkan lebih dari tiga puluh (30) ayat yang menyebut tentang “Nur” sekaligus meliputi atau menjadi simbol berbagai hal seperti Muhammad Rasul Allah saw., Al Qur’aan, Agama Islam, Malaikat, Ilmu serta Hidayah (petunjuk). Istilah “Hidup” yang meliputi kehidupan seluruh makhluk juga dirumuskan dalam bahasa wahyu dengan istilah “Nur”. Apabila ruh diibaratkan nur yang terang benderang maka jasmani diibaratkan suatu tempat yang gelap gulita semisal ruangan. Padahal tidaklah akan tampak terang suatu cahaya bila ia tidak bertempat pada yang gelap gulita. Begitu pula keadaan gelap pekatnya jasmani dikatakan gelap gulita bila tidak ada sesuatu yang meneranginya. Demikianlah pengertian “Ruh” sebagai “Nur” dalam istilah wahyu-Nya.
0 Comments

Qalbu : Inti Ruhani

9/9/2013

0 Comments

 
Banyak orang bingung dengan pengertian qalbu. Qalbu harus ditulis dengan huruf ‘q’ karena teks Arabnya menggunakan huruf (qaf). Di Indonesia banyak orang menuliskannya dengan huruf ‘k’ sehingga menjadi kalbu. Padahal ‘k’ adalah transliterasi dari (kaf) dan kalau ditulis (kalbu) maknanya adalah anjing. Jadi jauh benar bedanya antara qalbu (hatinurani) dengan kalbu (anjing).

Sebagian orang menerjemahkan qalbu dengan “hati”. Padahal hati (Inggris: liver) adalah organ tubuh yang ada di kanan dada dan fungsinya menyaring racun atau penyakit dari darah. Dalam Bahasa Arab hati disebut dengan ‘kibdun’ atau ‘kibdatun’. Bahasa Arab `Amiyah menyebutnya ‘kabid’. Jadi orang Arab tidak pernah memahami qalbu sebagai hati atau liver.

Hati juga sering dijadikan sebagai terjemahan dari ‘heart’ (Inggris) yang bermakna jantung, karena itu bentuknya sering digambarkan seperti jantung (♥).

Hati digunakan sebagai terjemahan ‘qalb’ (Arab) meskipun bahasa Arab menyebut hati ‘kibd’. Hati digunakan sebagai terjemahan ‘heart’ (Inggris) yang sebenarnya adalah jantung. Lalu hati juga digunakan sebagai terjemahan dari ‘liver’ (Inggris) atau ‘hephar’ (Latin). Jadi sebenarnya apa itu hati, apa itu qalbu?

Dua Macam Qalbu :

1. Qalbu jismani, yaitu jantung Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna qalbu pada hadits ini.

Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah QALBU”.

Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?

Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, qalbu adalah jantung. Dokter qalbu adalah dokter jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

2. Qalbu ruhani, yaitu hatinurani. Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah)

Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Apakah para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa maksud hadits Nabi di atas? Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja. Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.

Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku). Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang wujudnya ruhaniah.

Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min dzâlik…

KAJIAN TENTANG HATI
Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya. “Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang ( HR Abu Dawud). Hanya melalui “hati manusialah” keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.

Al Qur’an menggunakan istilah qalb (hati) 132 kali, makna dasar kata itu ialah membalik, kembali, pergi maju mundur, berubah, naik turun. Diambil dari latar belakangnya hati mempunyai sifat yang selalu berubah, sebab hati adalah lokus dari kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.

Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa didalam hati, dan wahyu maupun ilham diturun-kan kedalam hati para Nabi maupun wali-Nya.

“Ketahuilah bahwa Tuhan membuat batasan antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya lah kamu sekalian akan dikumpulkan” (QS 8: 24)

“(Jibril) menurunkan wahyu kedalam hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS 2:97)

Hati adalah pusat pandangan, pemahaman, dan ingatan (dzikir)

“Apakah mereka tidak pernah bepergian dimuka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau mengiang ditelinganya untuk didengarkan, sebenarnya yang buta bukan mata, melainkan ” hati” yang ada didalam dada.” (QS 22:46)

“memang hati mereka telah kami tutup hingga mereka tidak dapat memahaminya, begitu pula liang telinganya telah tersumbat” (QS 18:57)

“Apakah mereka tidak merenungkan isi Al Qur’an? atau adakah hati mereka yang terkunci?” (QS 47:24)

“Janganlah kamu turutkan orang yang hatinya telah Kami alpakan dari mengingat Kami (dzikir), orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya saja, dan keadaan orang itu sudah keterlaluan” (QS 18:28)

“Sesungguhnya telah Kami sediakan untuk penghuni neraka dari golongan jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memaha-mi ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang -orang yang alpa (tidak berdzikir) ” (Qs 7:179)

Iman tumbuh dan bersemayam didalam hati,begitu juga kekafiran, kemungkaran serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya sekedar syarat sah rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat iman yaitu ” hati “.

Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman secara langsung.

Iman yang pernah diikrarkan oleh kaum Arab badwi dihadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenarnya, sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka (Arab badwi)

“Orang-orang Badwi itu berkata: “kami telah beriman “. Katakanlah (kepada mereka) ” Kamu belum beriman “,tetapi katakanlah ” kami telah tunduk “, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu (Qs 49:14) .

Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh al Qur’an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama Allah disebut … dan bahkan ia terdorong ingin meluap-kan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya. Ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkahnya karena keihsanan bersama dengan Allah yang selalu menjaga. Ia akan selalu berbisik kedalam lubuk hatinya tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan didunia, karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai pegangan untuk menentukan sikap. Sehingga kaum beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan bimbingan Allah Swt.

Firman Allah Swt:

“Suatu musibah tidak akan menimpa seseorang kecuali atas izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, tentu Dia akan menunjuki “hatinya”. Dan Tuhan Maha Mengetahui segala-galanya” (Qs 64:11)

“Keimanan telah ditetapkan Allah ke dalam ” hatinya ” serta dikokohkan pula Ruh dari diri-Nya” (Qs 58:22)

“Dan kami tunjang pula mereka dengan petunjuk, dan kami teguhkan hati mereka” (QS 18: 13-14)

“Dialah yang telah menurunkan ketentraman didalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya di samping keimanan yang telah ada” (QS 48:4)

Syetan menggantikan kedudukan Allah bersemayam di istana hati manusia yang lalai. Allah akan memalingkan dan menghinakan orang yang lalai akan Allah, Allah akan mengunci dan mematikan hati sehingga ia diberi gelar ” binatang ternak! Bahkan lebih sesat dari itu. Kalau sampai terjadi seperti ini maka tertutuplah hati untuk menerima cahaya dari Allah Swt. Maka tidak heran jika perbuatan nya akan cenderung mengikuti langkah-langkah syetan yang dilarang oleh Allah, syetan menggantikan posisi Allah menduduki hati yang tertutup dan dialah yang akan menasehati dan membimbing kejalan yang sesat. Kekejian itu akan menyeruak kedalam kalbu melalui hembusan ilham sehingga akal fikiran tidak mampu menghalau datangnya petunjuk tersebut. Marah dan benci tidak pernah direncanakan, akan tetapi ia datang langsung kepusat hati, dan tubuh tanpa daya mengikuti kemauan sihir sang iblis . Hati menjadi buta …!!!

Allah berfirman:

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertai” (Qs 43: 36)

“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya niscaya tidak seorangpun dari kamu sekalian bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS 24: 21)

Iman dan kafir terletak didalam hati, Allah telah membeberkan berikut contoh-contohnya antara orang yang dibukakan hatinya dan yang ditutup hatinya, serta perilaku keduanya. Maka keputusannya terletak kepada kebebasan manusia itu sendiri untuk memilih jalan yang sesat ataupun yang lurus. Karena disitu akan mendapatkan bimbingan langsung baik jalan kesesatan maupun jalan ketaqwaan.

Firman Allah:
“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaanya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya”. (Asy Syams 7-10)

Ayat diatas memberikan pengertian atas pentingnya membersihkan jiwa, sehingga apabila hal ini terjadi, maka Allah-lah yang akan membimbing ketaqwaan, keimanan, serta ketulusan. Namun sebaliknya Allah akan menistakan manusia yang melalaikan akan Allah serta mengotori hatinya dengan mengirim musuh Allah sebagai penasehat dan menuntunnya kejalan kesesatan.

Kemudian apa langkah selanjutnya, serta bagaimana terapi untuk mengembalikan hati yang sudah terlanjur karam dilumpur nista?

Pertama kita sudah memahami bahwa, penyebab utama dari ketidak mampuan berbuat baik dan kesulitan menjaga dari perbuatan keji dan mungkar serta tidak didengarnya setiap doa, adalah “tertutupnya mata hati oleh NUR ILAHY”.

Kedua, konsentrasikan masalah mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal yang lain, karena “hati sedang menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan memasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati … Dialah yang menutup hati kita, membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak memberikan kefahaman atas ayat-ayat Allah yang turun kedalam hati.

Mari kita perhatikan kedalam, kita jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya, disitu terlihat syetan dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk bagaimana berbuat keji dan mungkar. Ia menuntun pikiran untuk menerawang keangkasa, mengajaknya mi’raj keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang Shalat, sedang berwudhu’ dan membaca AlQur’an dan ibadah yang lain. Kita sudah beberapaka kali mencoba menepis ajakan itu namun apa daya kekuatan iblis memang luar biasa, kita bukan tandingannya untuk melawan dan mengusir nya. Ia ghaib dan licik … ia berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa menembus tembok ruang dan waktu, ia ada dalam fikiran, dan bahkan bersemayam didalam hati manusia. Cukup sudah usaha kita untuk melawannya, namun gagal dan gagal lagi …

Namun ada yang yang tidak “MATI”, yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan hati kita yang sakit. Ialah “Bashirah” (Al Qiyamah: 14), ia tidak pernah bersekongkol dengan syetan, Ia yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu mengikuti fitrah Allah, ia jujur, tawadhu’, khusyu’, kasih sayang dan adil (lihat tafsir Sofwatut Tafasir, oleh Prof Ali As Shobuni).

Kita harus cepat mendengarkan suara dia yang selalu mengajaknya ke arah kebajikan, Ia sangat dekat dengan Allah, Ia sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut kata Allah (ilham), dan kedudukannya sangat tinggi diatas Syetan dan jin sehingga mereka tidak bisa menembus untuk menggodanya (As Shafat:8) Anda bisa merasakannya sekarang … tatkala anda berbohong, ia berkata lirih … kenapa kamu berbohong … ia tidak tidur tatkala kita tidur … ia melihat tatkala kita bermimpi dikejar anjing … ia melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun hati tidak kuasa mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari “RUH-KU”. Maka beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya (As Syam:9-10)

Kita kembali kepada persoalan hati,

Mari kita perbaiki hati kita dengan cara mendatangi Allah, kita serahkan persoalan ini … kerumitan hati yang selalu ragu-ragu … ketidak mampuan menahan syahwat yang bergolak keras …

Mari kita contoh Nabi Yusuf ketika gejolak nafsu sudah menguasai hatinya, Ia tidak kuasa lagi menahan syahwatnya tatkala Julaiha datang menghampiri untuk mengajaknya berbuat mesum … Ia cepat berpaling dan menghampiri Allah dan mengadukannya keadaan syahwatnya yang terus menerus mengajak kepada keburukan. Kemudian Allah mendatangkan rahmat-Nya dan memalingkan hatinya, mengangkat kekejian didalam hatinya, dan akhirnya Nabi Yusuf terbebas dari perbuatan yang dilaknat Allah Swt.

Allah sendiri yang akan memalingkan hati dari perbuatan keji dan mungkar sehingga terasa sekali sentuhan Ilahy tatkala mengangkat kotoran hati dengan cara menggantikannya dengan perbuatan baik dan ikhlas .

Allah berfirman:

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih ( ikhlash)” (Yusuf:24)

Mungkin kita masih ragu-ragu … apa mungkin kita bisa mendapatkan burhan dan bimbingan Allah dalam menghindari perbuatan keji dan mungkar? Mari kita hindari prasangka yang buruk terhadap Allah, kita timbulkan rasa percaya bahwa hanya Allah lah yang mampu memberikan hidayah dan bimbingan serta mencabut persoalan yang kita hadapi.

Pada bab penyucian jiwa, telah saya sampaikan praktek berkomunikasi kepada Allah. saya mengharap anda telah melakukannya dengan penuh hudhu’ dan ikhlas, sehingga anda juga akan dibukakan rahmat dan hidayah-Nya. Amin…

Mari kita kembali mecoba berkomunikasi kepada Allah seperti tercantum dalam bab sebelumnya.

Ketika Allah membuka Hidayah kedalam ” Hati ”

Hilangkan rasa takut tersesat didalam menempuh jalan ruhani … bekal kita adalah tauhid, lambungkan jiwa melayang menuju Allah … dekatkan dan berbisiklah dengan kemurnian hati … jangan menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing dan tegang. Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah … biarkan hati bergerak menyebut Asma-Nya yang Maha Agung … Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir bersujud dihadapan-Nya.

Jangan hiraukan kebisingan diluar … usahakan hati tetap teguh menyebut nama Allah berulang-ulang … sampai datang ketenangan dan hening serta rasa dingin didalam kalbu … kalau anda mengalami pusing dan penat … berarti cara berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam fikiran, maka ulangi dengan cara berkomunikasi didalam jiwa/hati …

Mohonlah kepada Allah agar dibukakan hati dan dimudahkan menempuh jalan menuju makrifat …

Biasanya … kalau kita mendapatkan ketenangan dan kekhusyu’an didalam berkomunikasi dengan Allah … mula-mula hati menjadi sangat terang … mudah sekali menangis terharu tatkala kita menyebut Asma-Nya … kita tidak kuasa membendung air mata ketika shalat … membaca AlQur’an dan melihat keagungan Allah yang lain … hati sering bergetar manakala kita berhadapan dengan-Nya … badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada yang mendorong untuk bersujud dan menangis … keihsanan dan tauhid kepada Allah bertambah kuat. Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan didalam kalbu semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing … perilaku hati yang semula kaku dan cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut … Yang semula shalat fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu’an dan terasa nikmatnya … dan seterusnya …
0 Comments

Hakikat Diri 2

9/9/2013

0 Comments

 
FITHRAH: Potensi Dasar Spiritualitas Manusia

Spiritualitas manusia berpusat pada qalbu, dan di dalam qalbu manusia sudah ada potensi-potensi spiritual yang merupakan format dasar kemanusiaan. Maka kalau saja manusia selalu mengikuti suara qalbunya, itu pun sudah cukup menyelamatkan diri dan kehidupannya.

Bukankah Rasulullah SAW berpesan kepada Wabishah: ‘istafti nafsaka (qalbak)!’ -

“Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada dirimu (qalbumu) sendiri; suatu kebajikan adalah apa yang menenteramkan qalbumu, dan engkaupun tenteram dengannya. Suatu kejahatan adalah apa yang menggelisahkan qalbumu, dan mengguncang dirimu, meskipun orang lain sudah membenarkanmu”.

Masalahnya sekarang adalah qalbu manusia sering lengah dan lalai sehingga mudah terdorong sesat ketika dipengaruhi oleh gejolak hawa nafsu dan terseret oleh godaan iblis/setan. Untuk itulah Allah SWT menurunkan para rasul dengan membawa ajaran agama sebagai pengingat bagi yang lengah, petunjuk bagi yang bingung, penegas bagi yang ragu. Sumber ilmu (informasi) keagamaan adalah kitab suci, tapi faktor utama dalam proses keberagamaan adalah qalbu. Dalam proses hidup beragama kitab suci adalah faktor sekunder. Al-Qur’an pun banyak mengarahkan manusia untuk selalu mendengarkan suara qalbunya.

Hakikat Diri dan Inti Kemanusiaan
Hakekat diri manusia adalah diri yang ruhaniah/spiritual yang sudah tercipta sebelum adanya tubuh biologis (basyar). Ketika manusia masih dalam wujud ruh di alam lahut, ruh merupakan wujud pertama manusia dalam proses penciptaannya sebelum diturunkan ke bumi dan dimasukkan ke dalam tubuh jismaniah (basyar). Allah mempersiapkan basyar (tubuh biologis kebinatangan) hanya sebagai cangkang/wadah bagi si manusia ruhaniah itu.

Inti ruh yang menjadi pusat diri manusia adalah qalbu. Di dalam Bahasa Arab dikenal ada 2 macam qalbu; qalbu jismaniah berupa gumpalan daging yaitu jantung, dan qalbu ruhaniah yang dalam Bahasa Indonesia disebut hati nurani. Di dalam qalbu ruhaniah inilah terletak fithrah (sifat-sifat asli dari Tuhan) berupa kesadaran, perasaan, kecerdasan, iman dan iradah. Jadi, sejak diturunkan dari sisi Allah, si manusia ruhaniah itu qalbunya tidak kosong. Karena di dalam qalbu itu Allah SWT sudah menempatkan potensi-potensi dasar spiritual (fithrah), bibit iman, moralitas, ilmu dan kemerdekaan.

Asal kata Fithrah dan artinya

Apa arti kata fithrah? Sudah menjadi tradisi bahwa setiap tahun, menjelang Hari Raya Idul Fithri kita membayar Zakat Fithrah. Di sini jelas ada 2 kata yang populer yaitu fithri dan fithrah. Kedua kata itu bersumber dari dari satu akar kata yang sama yakni fathara yang mempunyai 2 makna:

* to break out = memecah, membelah; seperti kuncup bunga yang memecah/mekar.
* to originate = muncul, memunculkan.

1. Fathara dalam arti memecah –> fithrun.Fithrun sebagai mudhof ilayh dibaca fithri (lihat idul fithri). Dalam bahasa sehari-hari disebut juga futhur/ifthor, artinya memecah kepuasaan. Contohnya, di malam hari, karena tidur orang bagaikan berpuasa, tidak makan. Maka di pagi hari, makan yang pertama adalah makan yang memecah kepuasaannya. Itu sebabnya ia disebut futhur/ifthar yang artinya makan yang memecah kepuasaan (to break the fast) yang menjadi populer dengan breakfast. Maka idul fithri adalah hari raya memecah (mengakhiri) puasa. Media-media Arab berbahasa Inggris, seperti Arab News dan lain-lain, menyebut Idul Fithri dengan “Fast Breaking Festive”, festival mengakhiri puasa.

Zakatul Fithri atau Shadaqatul Fithri artinya adalah zakat/shadaqah yang harus dibayarkan pada saat orang melaksanakan futhur atau mengakhiri puasa. Hal ini berkaitan dengan hadist Nabi SAW, “Puasa seseorang akan tetap terkatung-katung antara bumi dan langit, belum diterima oleh Allah, sebelum dibayarkan zakatul fithri/shadaqatul fithri”. Di negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia orang pun menyebutnya zakatul fithri/shadaqah fithri, tapi di Indonesia istilah ini lebih dikenal zakat fithrah.

2. Fathara dalam makna yang kedua: “mencipta pertama kali”Terdapat perbedaan antara khalaqa dengan fathara.Khalaqa (to create): mengadakan sesuatu dari bahan material yang memang sudah ada. Contoh: di alam sudah ada tanah liat, dari tanah liat orang mencipta cangkir porselin. Penciptaan adalah pengadaan sesuatu dari bahan yang memang sudah ada sebelumnya.Fathara (to originate): mengadakan sesuatu dari belum adanya sama sekali. Karena itu fathara lebih dahsyat dari khalaqa, karena mengadakan sesuatu dari belum adanya sama sekali. Di dalam Al-Qurâ’an pun istilah fathara hanya dipergunakan untuk Allah. Misalnya: fatharas samawati wal ardh…

Dari kata fathara yang bermakna to originate itulah terbentuk istilah fithrah (originality). Originality adalah ciri, sifat atau karakter original. Ciri atau sifat sejak sesuatu itu origin, dimunculkan untuk pertama kalinya. Fithrah adalah sifat/karakter yang mengiringi sesuatu sejak penciptaannya pertama kali.

FITHRAH: Sifat-sifat Ketuhanan

Allah SWT berfirman surat Ar-Ruum ayat 30.

“…Fithratallah allatii fatharannaasa ‘alayhaa…”…

Fithrah Allah, yang Dia mencipta manusia berdasarkan fithrah itu. (QS. Ar-Ruum, 30:30)

Bayangkan, Allah mencipta manusia dengan sifat-sifat Allah, karena itulah ketika manusia itu terlahir dalam hadist Nabi dijelaskan:

Maa min mauluudin Illaa yuu ladu ‘alalfithrah

tidak satu pun bayi terlahir kecuali ia di lahirkan berdasarkan FITHRAH

Dan dalam hadist lain yang sangat indah dan sangat populer dikalangan dunia tasawuf:

“Takhallaquu biakhlaqillah”

Berahlaklah kalian dengan ahlak Allah

Bertingkahlah kalian dengan tingkah ke-Allah-an, jadilah kamu ‘seperti’ Allah karena manusia adalah cermin Allah. Karena manusia dihadirkan ke bumi untuk menjadi khalifatullah atau wakil Allah, dan di dalam qalbunya sudah diisikan sifat-sifat Allah, maka hendaknya manusia bertingkah dengan tingkah ke-Allah-an, dengan mewujudkan karakter ke-Allah-an.

FITHRAH: Iman

Cermati sejarah pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim AS dalam surat Al-Anbiya’: 51-83 dan surat Al-An’am: 74-79.

“Sesungguhnya bibit iman telah turun di pusat qalbu setiap orang..”

Juga dalam surat Al-A`raf ayat 172:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

Allah memberikan bibit Iman, naluri ber-Tuhan yang menggelisahkan orang untuk selalu tertarik, mencari, meneliti, menjelajah, mencoba mengenali Tuhannya. Karena itu di dalam semua budaya, semua bangsa, semua orang tahu akan adanya Tuhan, adanya dia yang misterius itu. Lalu manusia-manusia itu memberi nama / istilah-istilah kepada apa yang disebut Tuhan. Maka muncullah ‘Tuhan’ dengan berbagai bahasa.

FITHRAH: Moralitas, Ilmu dan Kemerdekaan

Moralitas

“Demi diri (manusia) dengan segala kesempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkannya tentang kejahatan dan ketaqwaan.” (QS. Asy-Syams, 91:7-8)

Ilmu dan Kemerdekaan

“…Dia mengilmui Adam dengan nama-nama segalanya…”,(QS. Al-Baqarah, 2:31-34)

“Tinggallah engkau & isterimu di dalam kebun ini dan makanlah segala yang tersedia berlimpah, yang mana saja yang kamu kehendaki…”,(QS. Al-Baqarah, 2:35-38)

Artinya sejak saat itu kepada Adam diberikan masyi’ah / kebebasan berkehendak. You are free to make your own choice, kamu bebas menentukan kehendakmu sendiri.

Seberapa besar kebebasan yang Allah berikan kepada Adam? Kebebasan yang sebebas-bebasnya

Apakah kebebasan itu hanya untuk Adam dan Hawa saja? Sepanjang di dalam kebun itu saja?

Tidak, kebebasan yang Allah berikan adalah kebebasan yang seluas-luasnya, sedemikian luas sampai-sampai seluruh manusia di muka bumi ini bebas bahkan untuk membangkang Allah sekali pun.

“Kalau saja Tuhanmu menghendaki, Dia bisa membuat semua yang ada dimuka bumi beriman kepada Dia…”,(QS. Yunus, 10:99)

“Tidak ada paksaan untuk dalam beragama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…”,(QS. Al-Baqarah, 2:256)

Muncul pertanyaan, mengapa Allah memberikan kebebasan yang begitu luas kepada manusia sampai-sampai manusia bebas untuk membangkang kepada Allah sehingga manusia berbuat jahat dimuka bumi?

Sebagai wakil Allah yang akan memimpin kehidupan di muka bumi, manusia akan banyak menghadapi problem. Supaya bisa menyelesaikan problem-problem itu maka manusia haruslah merupakan makhluk yang kreatif. Maka supaya bisa kreatif itulah Allah berikan ilmu dan kebebasan karena ilmu dan kebebasan adalah dua bahan baku untuk munculnya kreatifitas.

Kreatifitas, yang berangkat dari ilmu pengetahuan dan kemerdekaan, adalah salah satu dari hal-hal yang paling awal Allah berikan kepada manusia. Dengan ilmu manusia akan menjadi cerdas dan banyak tahu, dan dipadu dengan kemerdekaan kecerdasan berubah menjadi daya cipta yang dahsyat yang menyebabkan peradaban manusia berkembang progressif.

Yang Merusak Fithrah Manusia

1. Hawa Nafsu
2. Iblis

“Wahai Adam, maukah engkau kutunjukkan pada Pohon Keabadian (Status Quo) dan Kejayaan Tanpa Batas (Keserakahan).”(At-Thaahaa, 20:120)

Iblis menyusup ke kebun kelimpahruahan (jannah) dan mengiming-imingi Adam (manusia pertama di bumi) dengan janji Keabadian dan Kejayaan Tanpa Batas dengan cara memakan buah Pohon Terlarang. Rupanya Adam tergiur untuk mendapatkan keabadian dan kejayaan tanpa batas, maka Adam pun memakan buah pohon terlarang itu. Lalu apa yang terjadi?

“…maka nampaklah ‘kemaluan’ mereka berdua, dan keduanya mencari-cari alat untuk menutupinya dengan dedaunan di kebun; Adam telah membelakangi Tuhannya dan sesatlah ia.” (At-Thaahaa, 20:121)

Ketika manusia memperturutkan hasrat keabadian dan keserakahannya maka akan nampaklah segala hal yang memalukan dari dirinya, terkuaklah segala aib yang menghinakannya. Manusia menjadi telanjang dan pakaiannya rontok. Pakaian adalah simbol keberadaban, simbol martabat dan status sosial, yang tiada lagi berguna ketika manusia memperturutkan hasrat keabadian dan keserakahan dengan mengabaikan fithrahnya.

Ketika Allah SWT melarang Adam untuk mendekati pohon terlarang itu bukan karena Allah takut akan tersaingi keabadian dan kejayaanNya, tetapi Allah, dengan teknik learning by doing, sedang memberi pelatihan kepada Adam tentang:

1. Suatu kebebasan bukanlah tanpa batas, harus dikendalikan.
2. Titik lemah manusia adalah hasrat keabadian & keserakahan.
3. Iblis adalah musuh yang nyata.

Adam bertaubat dan memohon ampun, Allah menerima taubat dan mengampuni Adam. Lalu Adam dikeluarkan dari “kebun pelatihan” untuk turun ke bumi relitas untuk menjalani missinya sebagai hamba Allah sekaligus khalifah Allah.

Kesimpulan

Apa saja potensi spiritual (fithrah) yang Allah berikan kepada manusia? Sifat-sifat Allah, Bibit Iman, Moralitas, Ilmu dan Kemerdekaan.

Dimana Allah menempatkan fithrah itu?

Pada qalbu manusia, pusat spiritualitas manusia (hati nurani). Sejak awalnya qalbu manusia tidak pernah kosong.

Apa fungsi fithrah bagi manusia? Sebagai format (image) ketuhanan.

“Sesungguhnya Allah mencipta Adam berdasarkan citra-Nya / image-Nya”(Hadist Qudsi)

“…Then God said, “Let us make man in our image, in our likeness”"So God created man in his own image, in the image of God he created him”(Bibel, Genesis 1:26-27)

Apa yang merusak Fithrah?

Hawa Nafsu dan Iblis.
Hawa nafsu berupa:

* Syahwat perut;
* Syahwat kemaluan;
* Syahwat kalam;
* Syahwat tidur.
0 Comments

Hakikat Diri 1

9/9/2013

0 Comments

 
Dalam kitab ‘Sirr al-Asrar’ yang berisi kumpulan ajaran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani didapati keterangan bahwa pada awalnya manusia dicipta oleh Allah SWT di alam lâhût (alam dimensi ketuhanan). Manusia awal itu adalah manusia yang masih berwujud ruh (jiwa) yang sangat murni, yang disebut rûh al-quds.
Ruh al-Quds dicipta langsung oleh Allah SWT dan didalamnya terkandung disain serta program-program (rencana-rencana) Allah, juga sifat-sifat Allah, yang sifatnya sangat misterius (sirri). Maka Ruh al-Quds disebut juga Sirr (rahasia).

Allah SWT adalah cahaya (QS an-Nûr 24). Ruh al-Quds yang dicipta langsung oleh Sang Cahaya pun mengandung cahaya yang sangat murni, yang memiliki tingkat radiasi sangat tinggi.

Dalam kitab itu juga dikatakan bahwa alam memiliki lapis-lapis dimensional yang berbeda:
  1. Alam Lâhût, alam dimensi ketuhanan.
  2. Alam Jabarût, alam ilmu, ketentuan, rencana dan takdir.
  3. Alam Malakût, alam para malaikat, alam ruh, alam enerji.
  4. Alam Mulki, alam fisik, alam nyata.
Ketika Rûh al-Quds akan diturunkan dari alam lâhût ke alam jabarût ia dibalut lebih dulu dengan lapisan Ruh as-Shulthâny. Sebab kalau tidak, radiasi cahaya Ruh al-Quds yang sangat murni dan teramat kuat itu akan membakar semua yang ada di alam jabarut. Ruh as-Sulthany adalah mantel (hijâb) bagi Ruh al-Quds. Ruh as-Shulthany disebut juga dengan Fuâd.

Lalu Ruh al-Quds (Sirr) yang sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany (Fu’ad) diturunkan ke alam level-3, yaitualam malakût. Namun alam malakut lebih materialized daripada alam-alam sebelumnya, dan apa yang ada di dalamnya akan mudah terbakar oleh radiasi cahaya Ruh al-Quds meskipun sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany. Oleh sebab itu sebelum diturunkan ke alam malakut, Ruh al-Quds yang sudah dengan Ruh as-Sulthany, dibalut lagi dengan Rûh ar-Rûhâny. Ruh lapis ketiga ini disebut juga Qalbu.

Selanjutnya Ruh al-Quds (Sirr), yang sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany (Fuad) dan Ruh ar-Ruhaniyah (Qalbu), diturunkan lagi ke alam level-4 yaitu alam mulki. Inilah alam kosmik yang sekarang dapat kita lihat secara visual dengan mata kepala kita. Alam kosmik wujudnya sangat lahiriah dan dapat dikenali secara empirik (terukur). Namun radiasi cahaya Ruh al-Quds, meski sudah dibalut dengan dua lapis ruh lainnya, masih terlalu tinggi bagi alam ini. Apa yang ada di alam mulki dapat terbakar oleh radiasi cahaya Ruh al-Quds. Untuk itu, sebelum diturunkan ke alam mulki, Ruh al-Quds dibalut lagi dengan lapis ke-3 yaitu Rûh al-Jismâny yang untuk mudahnya sering disebut dengan Rûh saja.
0 Comments

BAIK SANGKA KEPADA ALLAH TA'ALA

9/9/2013

0 Comments

 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Allah Ta'ala berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :"Sesungguhnya Allah berfirman : "Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi). 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Ta’ala berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingatKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari padanya. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh At Turmidzi).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda : "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman : "Aku bersama hambaKu apabila ia ingat kepadaKu dan kedua bibirnya bergerak (mengucapkan dzikir) kepadaKu". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

0 Comments

Berdialog dengan ALLAH

9/9/2013

0 Comments

 
Renungan Diri :

hmm...
Betapa sering kita membicarakan Tuhan, tetapi betapa jarang kita berbicara dengan Tuhan....
Betapa sering kita juga hanya berbicara satu arah dengan Tuhan, menyampaikan segala permohonan serta berkeluh kesah dan mengadukan permasalahan hidup kita padaNya...
Tetapi betapa jarang kita mau mendengar suaraNya, yg setiap detik senantiasa menuntun dan membimbing kita.
Betapa sering kita membaca Firman Tuhan yg ada di dalam Kitab Suci, tetapi betapa jarang kita membaca Kitab Suci yang ada di dalam hati...

Ya Allah...
“Aku memohon ampun atas segala dosaku kepadamu Ya Allah Yang Maha Agung.
Ya Tuhan Kami, kami terlanjur berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri, jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihi kami, pastillah kami ini tergolong orang yang rugi.

Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, serta wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang zhalim.

Ya Allah, ampunilah dosaku semuanya, baik yang halus maupun yang kasar, yang terdahulu dan yang kemudian, yang nyata dan yang tersembunyi.

Ya Allah, aku telah menganiaya diriku sendiri dengan aniaya yang banyak lagi besar, padahal tak ada yang dapat mengampuni dosaku selain Engkau, karena itu ampunilah segala dosaku dengan ampunan dari hadirat-Mu dan kasihanilah aku.

Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

JAWABAN ALLAH DALAM AL-QURAN
Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin.....”
Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata “Jadi”, maka jadilah (QS. Yasin ; 82)

Ketika kita mengeluh : “Capek banget gw....”
Allah menjawab : “...dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba :9)

Ketika kita mengeluh : “Berat banget yah, gak sanggup rasanya...”
Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika kita mengeluh : “Stressss nih...Panik...”
Allah menjawab : “Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang”. (QS. Ar-Ro’d :28)

Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..”
Allah menjawab :”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al-Zalzalah :7)

Ketika kita mengeluh : “Gile aje..gw sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin...”
Allah menjawab : “Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60

Ketika kita mengeluh : “ Duh..sedih banget deh gw...”
Allah menjawab : “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita (QS At-Thaubah :40)

Ketika kita dgn sadar bahwa semuanya adalah kehendakNya, pasrah dan menyerahkan semua urusan kpd Allah..
Allah menjawab di Surga dg ucapan Salam : "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." ( QS. Ar Ra'd 13:24 )
Artinya: keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.

Ajak Diri Berdialog Dengan Allah
Kita semua pasti mempunyai waktu-waktu khusus untuk berdialog dengan Allah. Kita punya kesempatan setiap saat untuk bertemu Allah. Kita ini butuh bercengkrama dengan Allah. Berdialog dengan Allah dapat menentramkan batin. Malang orang yang tak dapat berdialog dengan-Nya. 

Semestinya kita tak perlu bersedih dan berduka yang berlebihan menghadapi liku-liku kehidupan. Perubahan pasti terjadi, karena Dialah yang menggariskannya. Allah telah menyediakan waktu-waktu khusus untuk kita bisa berdialog, berdoa, memohon, mengadu, memuji kepada Allah Zat Yang Maha Agung dan Maha Besar. Sehingga tak perlu mengeluh kepada orang terdekat kita. Cukup Allah saja tempat bergantung kita. Hingga dada kita lega menghadapi kesulitan hidup dan langkah kita mantap ringan melangkah menyusuri hidup menggapai rahmat Allah di dunia dan di akhirat nanti.

Saat banyak orang tenggelam nyenyak dalam tidurnya, dia sucikan diri, dia gelar sajadah, kemudian dia tegakkan shalat berdialog dengan-Nya. Di bacanya ayat-ayat-Nya dengan khusyu’ dan khidmat. Terasa begitu dalam kebahagaan, ketenangan, dan kedamaian menyelinap di dasar hati saat berdialog dengan Allah. Bersimbah air mata ketika merenungi kekhilafan diri. Jikalau seseorang membaca al-qur’an sesungguhnya dia telah berdialog dengan Allah. Demikian pula, ketika hamba khusyu’ dalam shalatnya, sejatinya dia telah berdialog dengan Allah. Karena itu, Allah tak akan menerima shalat orang yang lalai dan akan menerima shalat orang yang khusyu’. Seakan-akan dia berhadapan dengan Allah sedang berdialog dengan-Nya.

Sejatinya ada dialog antara kita dengan Allah saat melakukan shalat. Coba kira renungi bagaimana indahnya dialog dalam bacaan surat al-fatihah! Rasulullah bersabda bahwa Allah berfirman: “Aku telah membagi shalat menjadi dua bagian antara Aku dengan hamba-Ku. Dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta.” Jika hamba-Ku berkata: “Alhamdulillahi Rabbil Alamiin”, Allah berfirman: “Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Jika ia mengatakan: “Ar Rahmanir Rahiim.” Allah berfirman: “Hamba-Ku memuja-Ku.” Jika ia mengatakan: “Maliki yaumiddin.” Allah berfirman: “Hamba-Ku memulyakan-Ku.” Jika ia mengatakan: “Iyya kana’budu wa iyya ka nasta’in.” Allah berfirman: “Inilah bagian-Ku dari hamba-Ku, dan bagi hamba-Kumaka ia akan memperoleh yang ia minta.” Jika is berkata: “Ihdinash shiratal mustaqim, shiratal ladziina a’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim wala dhalliin.” Allah berfirman: “Ini bagian untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (Shahih Muslim, Kitabus Shalat).

Kebahagiaan sungguh terasa sekali karena memang benar-benar terjadi dialog antara kita dengan Allah Yang Maha Agung. Tiap ucapan hamba didengar dan dijawab oleh-Nya. Penelusuran terhadap perubahan huruf dan makna kalimat yang kita baca saat shalat menjadi sebab kekhusu’an kita. Insyaallah dengan kekhusyu’an itulah Allah berkenan menerima shalat kita. Dan tidak diterima dari shalat kita, kecuali apa yang kita pahami dari shalat itu. Konsentrasi dan menghadirkan hati saat shalat maupun munajat kepada Allah adalah syarat dikabulkannya permohonan kita. Karena Allah tidak akan menerima orang yang berdoa sedangkan hatinya lalai. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi).

Shalat adalah media yang menghubungkan hamba dengan sang Khaliq. Tubuh ada di bumi, tetapi hati dan pikiran disimpuhkan kehadirat Allah SWT. Zat Yang Maha Mulia, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Shalat ditegakkan antara jasad dan ruh berdialog langsung dengan-Nya. Orang tidak mendirikan shalat semat-mata dalam rangka menjalankan kewajiban, melainkan orang mendirikan shalat karena hajat dan kebutuhannya kepada Allah. Orang butuh berbicara, munajat, mengadu, menyalurkan isi hati, menyampaikan kesulitan yang dia alami semasa hidup di dunia ini kepada Allah SWT.

Lihatlah bagaiman jawaban Hatim A’sham ketika dia ditanya, “Bagaimana anda bisa khusyu’ dalam shalatmu?” Ia mengatakan: “Aku khusyu’ dalam shalat dengancara aku berdiri lalu bertakbir, lalu berfikir seolah-olah ka’bah ada di hadapanku, bahwa jembatan shirat ada di bawahku kakiku, bahwa surga ada ada di sisi kananku, dan neraka ada di sisi kiriku, bahwa malaikat maut ada di belakangku, bahwa Rasulullah SAW memperhatikan shalatku, dan aku mengira itu adalah shalatku yang terakhir. Lalu aku bertakbir dengan pengagungan kepada Allah. Aku membaca ayat al-qur’an dengan penuh penghayatan. Aku rukuk dan sujud dengan penuh ketundukan, dan aku jadikan dalam shalatku takut kepada Allah dan berharap kepada rahmat-Nya. Hingga aku mengucapkan salam. Lalu aku berkata dalam hati, apakah shalatku ini diterima ya Allah?”. (Muhammad Nursani, h.154).

Tunaikan shalat dengan memperhatikan apa yang kamu baca dan tidak meninggikan suara, karena shalat sejatinya berdialog dengan-Nya. Oleh karena itu, ajak diri selalu berdialog dengan Allah dengan khusyu’ pada setiap kali kita beribadah kepada-Nya. Ini adalah kesempatan yang istimewa dapat bersama Allah SWT. Menyadari akan terjadinya dialog antara kita dengan Allah, menambah kemantapan beribadah dan melahirkan ketentraman batin. Jadikan, hidup yang sekali ini untuk mendapatkan jawaban dari keridhaan-Nya. Teruslah berinteraksi dengan Allah baik dalam beribadah atau beramal shaleh dengan sesama.
0 Comments

Alif Laam Miim Shaad

9/9/2013

0 Comments

 
4 KUNCI MEMBUKA AL-QURAN
(Tafsir QS Al-Araaf :1)

Allah berfirman QS Al-Araf : 1-3

Alif, laam miim shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Firman Allah tersebut menunjukan adanya 4 huruf yang menjadi kunci untuk mencari kebenaran yang mutlak (Absolut) yaitu Wahyu Allah Al-Quran, kunci-kunci yang disimbolkan oleh 4 huruf merupakan suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan yang juga disebut Sistem Dzikir, dan disampaikan atau diajarkan dalam materi Hidup Dalam Sistem Dzikir. Keempat huruf ini menjadi salah satu kunci untuk memahami isi kandungan Al-Quran sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia. Untuk itu maka dapat dijelaskan masing-masing kunci tersebut sebagai alat untuk memahami petunjuk atau pedoman yang ada dalam Al-Quran.
  1. Kunci pertama huruf Alif, mengandung makna marifatullah, yaitu Allah
  2. Kunci kedua huruf Laam, mengandung makna Hakikat, yaitu Laa ilaaha illal laah
  3. Kunci ketiga huruf Miim, mengandung makna Thariqat, yaitu Muhammad SAW
  4. Kunci keempat huruf Shaad, mengandung makna Syariat, yaitu ketentuan Al-Quran yang dilaksanakan
Pengertian tersebut didasarkan firman Allah QS Al-Imran : 1-3
Artinya
  1. Alif laam miim.
  2. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
  3. Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.
Firman Allah ini menjelaskan makna dari 4 kunci huruf membuka Al-Quran, yaitu di ayat 1 di sebutkan ”Alif laam miim”, maksudnya dijelaskan dalam ayat 2 yaitu Allah untuk memberikan pemaham Alif, kemudianLaa ilaaha illal laah yang memberikan makna huruf Laam, dan kemudian di ayat ke 3 disebutkan Allah menurunkan Al-Kitab yaitu Al-Quran kepada Muhammad dengan tujuan membenarkan kitab-kitab sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah, ini menjelaskan makna huruf Miim.

Dari firman Allah tersebut maka sangat jelas ayat kedua menjelaskan makna Marifat yaitu Allah, dan makna Hakikat yaitu Laa ilaaha illal laah, sedangkan di ayat ketiga dijelaskan makna thariqat yaitu metodanya menggunakan thariqat Muhammad, yang membawa Al-Quran dari Allah untuk membenarkan kitab-kitab Allah yang telah diturunkan sebelumnya.

Dan selanjutnya makna dari kunci keempat yaitu huruf Shaad sebagai kunci yang terakhir yaitu kunci yang memberi bukti kebenaran Al-Quran yaitu tegaknya Syariat Islam, disimbolkan huruf ”Shaad” yang artinya Al-Quran yang diamalkan dalam kehidupan di dunia dijelaskan dalam ayat ke 3 diatas dan juga dijelaskan dan ditegaskan kembali oleh Allah
QS Shaad:1
Shaad, demi Al Qur'an yang mempunyai keagungan.

Berdasarkan firman Allah tersebut maka sangat jelas bahwa 4 huruf sebagai kunci membuka Al-Quran adalah merupakan suatu sistem dimana kunci pertama dan kedua sebagai makna Marifat adalah INPUT, kemudian kunci ke tiga makna dari Thariqat sebagai suatu PROSES, dan kunci keempat makna Syariat sebagai suatu OUTPUT, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. INPUT ► What & Why
  2. PROSES ► How
  3. OUTPUT ► (Bukti/Contoh)
  4. Marifat (Alif) ► Allah
  5. Hakikat (Laam) ► Laa ilaaha illallaah
  6. Thariqat (Mim) ► Muhammad
  7. Syariat (Shaad) ► AlQuran
  8. IMAN
  9. HIJRAH
  10. JIHAD
Keempat kunci yang tersebut sebagai suatu sistem Al-Quran, sehingga menjadi alat untuk mengukur kinerja hidup manusia, apakah hidupnya sudah ada dalam sistem Allah yaitu Al-Quran atau sistem Dzikir, atau kita keluar dari sistem Dzikir, untuk itu kita harus melakukan evaluasi atau mengukur performance/kinerja hidup kita. Dan instrumen untuk mengukur kinerja hidup manusia ini juga sebagai instrumen atau alat untuk memahami Al-Quran sebagai pedoman atau petunjuk bagi kehidupan manusia. Untuk memahaminya maka Allah telah memberikan satu Surat sebagai PEMBUKA untuk memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran yaitu Surat Al-Fatihah yang juga menjelaskan 4 huruf kunci pembuka Al-Quran yang dapat dijelaskan sebagai berikut ;

Surat Al-Fatihah sebagai surat Kunci Pembuka Al-Quran memiliki 4 Kunci pembuka yang dijelaskan dengan menggunakan 4 kalimat tanya sebagai berikut .

1). Apa yang menjadi tujuan hidup kita (Makna Marifat):
  • Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ( ayat 1 pemimpin surat dan tujuan hidup manusia)
  • Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam (ayat 2)
  • Tujuan hidup kita ini adalah beribadah kepada Allah, berdzikir menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya, serta memuji Allah sebagai Tuhan semesta Alam. Yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah (Laa Illaaha Illallaah)
2). Kenapa kita ingin mencapai tujuan hidup tersebut (Makna Hakikat)
  • Yang maha pengasih lagi maha penyayang (ayat 3)
  • Yang menguasai/merajai hari pembalasan (ayat 4)
  • Tujuan hidup manusia adalah Allah, hal ini karena Allah Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan penyayang kepada mahluk ciptaannya dan juga Allah yang merajai dan menguasai manusia untuk diminta pertanggungjawabanya atas kehidupannya didunia ini, jika baik mendapat syurga jika tidak mendapat siksa di neraka
3). Bagaimana caranya mencapai tujuan hidup manusia (Makna Thariqat):
  • Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan (ayat 5)
  • Tunjukilah kami jalan yang lurus (ayat 6)
  • Untuk mencapai tujuan hidup hanya Allah yang dituju maka manusia harus menyembah Allah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, itulah yang disebut jalan yang lurus.
4). Contohnya, aplikasinya (Makna Syariat)
  • (Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (ayat 7)
  • Apa contohnya jalan yang lurus tersebut yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat yaitu Para Nabi dan Rasul, Sahabat Nabi, Waliyullah, Orang-orang shaleh. Dan tentunya contoh yang utama adalah Nabi Muhammad SAW
Surat Al-Fatihah telah menunjukan metoda untuk memahami dan membuka isi kandungan Al-Quran yang juga mengandung 4 kunci pembuka yang kemudian juga disimbolkan oleh 4 huruf kunci pembuka Al-Quran yang menjadi instrumen untuk mengukur kinerja hidup kita sebagai seorang Mukmin, apakah sudah menjadi mukmin yang haqqon (Mukmin sejati) yaitu berada dalam sistem Dzikir, atau kita masih mengaku-ngaku saja sebagai seorang beriman yang hidupnya tidak berada dalam sistem Quran/Dzikir. 

Untuk itu maka evaluasi diri kita dengan menanyakan kepada diri kita dengan 4 kunci pertanyaan sebagai alat mengukur hidup kita, yaitu :
  1. Pertanyaan Marifat (Alif), apa tujuan hidup kita ?
  2. Pertanyaan Hakikakat (Laam), kenapa atau alasan kita ingin mencapai tujuan hidup ?
  3. Pertanyaan Thariqat (Mim), Bagaimana caranya kita mencapai tujuan hidup tersebut, apa yang sedang kita lakukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut ? Alat ukurnya apakah hidup kita sudah ada dalam jamaah sebagai tempat Hijrah
  4. Pertanyaan Syariat (Shaad), apa bukti atau hasil didunia yang sudah kita rasakan dalam mencapai tujuan hiudp kita ?.
Alat ukurnya adalah Jihad dapat menggunakan formula 3k, 
  1. Koherensi (apakah sistem hidup kita sesuai dengan Al-Quran),
  2. Korespondensi (apakah hasil, fakta, fenomena yang kita peroleh sesuai dengan Al-Quran),
  3. Konfirmasi (Apakah strategi hidup kita sesuai dengan Al-Quran).
Ke 4 pertanyaan ini yang ditanyakan dan dijelaskan serta dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran, sehingga jawaban kita yang telah kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, jika tidak sesuai dengan Al-Quran dan Contoh yang dilakukan oleh Rasulullah maka dinyatakan salah atau kita keluar dari sistem Dzikir. Berdasarkan hal ini maka ke 4 pertanyaan ini juga dijadikan Metoda untuk memahami isi kandungan Al-Quran, dimana dalam memahaminya tidak boleh parsial atau sepotong-sepotong tapi harus utuh dalam sistem yang pemahamannya menjawab 4 pertanyaan tersebut yang tidak lain juga menjelaskan sistem dari input, proses sampai output, serta pelaksanaanya terangkai dalam sistem IMAN, HIJRAH DAN JIHAD, sebagai satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan sehingg secara individu kita bisa berpredikan sebagai Mukmin yang Haqqon (mukmin sejati), yang outputnya mendapat gelar sebagai MUJAHID, pejuang Allah, sehingga jaminannya adalah SYURGA, Amin.[SUMBER ; SISTEM ZIKIR]

Mengenal HATI versi AL-QURAN
Di Dalam Al-Quran setidaknya HATI disebut dengan TIGA NAMA, yaitu FUAD, QOLBU, dan SHODR. Kira-kira apakah maksud Al-Quran membedakan HATI dengan ketiga istilah tersebut? Mari kita bahas....

Fuad memiliki karakter jujur apa adanya (53:11), bisa diisi – oleh keimanan atau kekufuran (28:10, 14:43, 6:113), berinteraksi kuat dengan Al-Quran (25:32, 11:120), pondasinya ilmu (16:78), mencintai sesama (14: 37), dipengaruhi oleh Indra pendengaran dan penglihatan (46:26), jenis hati yang pertama kali diaktifkan (32:9) dan yang kelak mempertanggungjawabkan kinerjanya di hadapan Allah (17:36).

Dengan demikian Hati Fuad ini ibarat ruang kosong, dan yang pertama kali hadir di dalamnya adalah Ruh dari Allah. Ruh ini begitu suci, dan saat Ruh ini pertama kali hadir ia sudah langsung diliputi oleh jasad yang masih suci pula.

Rosulullah saw pernah bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci... tentunya suci dalamnya (Ruh) dan suci luarnya (Jasad). Tetapi , orangtuanyalah yang membuat jasad menjadi kotor, dengan berbagai program negatif yang diinputkan si orang tua via indra pendengaran dan penglihatan. Dan ketika jasad pun kotor, maka “kesucian” Ruh menjadi tak berefek optimal pada kehidupan jasad.

Nah ketika program yang masuk ke Fuad itu banyak yang negatif, maka tentu saja Fuad menjadi besar peluangnya menjadi tidak beriman, dan programisasi Fuad sudah mulai berlaku sejak si anak itu lahir, sejak ia masih kecil.

Adapun Shodr, adalah jenis hati yang banyak sekali berhubungan dengan karakter manusia dalam urusannya terhadap dunia. Ia dipenuhi dengan berbagai macam keinginan dunia (59:9), maka pantas saja jika iblis/syaitan dan energi negatif lainnya mudah meliputi kinerja Shodr.

Shodr juga berhubungan dengan pola pikir (17:51), apalagi ia memiliki kecenderungan untuk berdebat (88:90, 40:56). Ketika hadir sebuah ujian terhadap si empunya, maka Shodr bisa menjadi sempit atau bisa juga menjadi lapang (6:125). Shodr yang berilmu lurus maka bisa menjadi tempat bersamayamnya ayat-ayat suci yang nyata (29:49).

Karakter Shodr seseorang tentunya yang paling tahu adalah Allah. Tetapi kita sebagai manusia pun bisa “memprediksi” karakter Shodr seseorang lewat “pola pandangan mata” (40 :11), dan lewat “pola kata” (15:97) plus “pola suara” (26: 12-14).

Mari kita pelajari sekilas bagaimana pola pandangan mata bisa memprediksi apa yang sedang dipikirkan seseorang.
Picture
Sedangkan Qolbu, dalam hadist Arba’in yang ke-6 dipadankan dengan karakter sebuah pagar, antara yang “sebelah sini” dan yang “sebelah situ”. Antara halal dan haram. Antara dunia dan akhirat.

Sehingga Qolbu itu berada di antara Jasad (Shodr) dan Hati Pertama (Fuad). Baiklah, kini kami akan memperlihatkan hadist tentang Qolbu tersebut kepada Anda.

“Sesungguhnya yang halal itu telah terbukti (jelas) dan yang haram itu pun telah terbukti (jelas). Sedangkan diantaranya ada perkara yang samar-samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (bukti-bukti)nya. Barang siapa yang menghindari perkara yang samar-samar, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barang siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti pengembara yang berada di dekat pagar (milik orang lain); dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki pagar. Ketahuilah, bahwa pagar Allah adalah larangan-larangan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging (yang berfungsi sebagai pagar – pen). Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Dan jika ia jelek, maka jelek pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah Qolbu. (H.R. Bukhori dan Muslim)“

Ternyata, dari hadist tersebut tersirat bahwa Qolbu itu ibarat pagar dalam diri kita, yaitu pagar Antara Shodr dan Fuad, pagar Antara wilayah pengaruh Syahwat plus Syaitan dengan Baitullah jiwa, yakni pengaruh suci/fitrah dari Allah. Maka wajar saja dari sisi arti pun Qolbu itu adalah yang bisa terbolak-balik.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Qolbu itu Filter atau Penyampai Pesan dari informasi yang diterima SHODR kepada FUAD, atau dari FUAD ke SHODR.

Jika Qolbunya kotor maka informasi dari SHODR tidak disampaikan ke FUAD atau hanya disampaikan sebagian. Jika Qolbu kotor, maka cahaya dari FUAD tidak bisa keluar menuju SHODR. Dan ketika Qolbu sangat kotor, maka Fuad jadi gelap, pingsan atau mati seperti tanpa cahaya, dan akhirnya membentuk watak yang negatif. Itu sebabnya Qolbu disebut sebagai KUNCI KARAKTER.

Nah, karena posisi Qolbu itu ada di dalam Shodr (22 : 45-46) dan Fuad itu adalah hati yang pertama kali ada/aktif, sebagai pondasi bagi jiwa, dan kemudian bahwa Qolbu itu ibarat pintu, sehingga jika digambarkan dalam sebuah imajinasi visualisasi hati, maka STRUKTUR HATI adalah sebagaimana berikut :
Picture
Nah sebetulnya, kalau disimak lebih dalam lagi, ternyata dalam psikologi populer sudah ada FSQ tapi dalam bentuk istilah yang berbeda. Anda mungkin pernah mendengar istilah Pikiran Sadar (conscious), pikiran bawah sadar (subconscious), dan Critical Area atau SAR (Sistem Aktivasi Retikular) - yakni PINTU antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.

Dari berbagai literatur tentang hal ini dijelaskan bahwa Pikiran Sadar memiliki potensi kemampuan akses hingga 12%, sedangkan pikiran bawah sadar punya potensi hingga 88%. Dan seseorang bisa mengakses "kekuatan" pikiran bawah sadar jika SARnya terbuka, atau dengan kata lain jika QOLBUnya tidak mati. Dan SAR bisa terbuka jika Pikirannya Fokus tidak sempit dengan berbagai macam pikiran atau dengan kata lain jika SHODRnya lapang alias tidak sombong.

Perhatikan gambar berikut :


Picture
Subhanallah, ternyata... agar kekuatan tersembunyi kita bisa diakses maka kita harus memiliki :
1. Shodr yang lapang dan diliputi ayat-ayat suci Al-Quran
2. Qolbu yang bersih, tidak buta, dan cenderung kepada akhirat.
3. Fuad yang beriman, Fuad yang sering dibacakan ayat-ayat Al-Quran, sehingga pancaran Cahaya Ruh dariNya bisa "menerangi" jiwa dan semesta kita

LAMPIRAN
Berikut ini adalah file-file ayat Al-Quran mengenai definisi HATI dalam ketiga bentuknya, yaitu Fuad, Qolbu, Shodr.

Ayat yang bercerita tentang Qolbu paling banyak, kemudian disusul ayat yang bercerita mengenai Shodr, dan paling sedikit ayat yang bercerita mengenai Fuad.

Setelah diurutkan, maka dihasilkan definisi Fuad, Shodr, dan Qolbu sebagai berikut :

Fuad adalah :
1) Hati yang tidak mendustakan Q.S. 53:11
2) Hati yang dibakar di neraka Huthomah Q.S. 104 : 5-7
3) Hati yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Quran Q.S. 25 : 32
4) Hati yang bisa menjadi Kosong (frustasi) Q.S. 28 : 10
5) Hati yang dimintai pertanggungjawaban Q.S. 17 : 36
6) Hati yang semakin teguh dengan kisah-kasah dari Rasul Q.S. 11:120
7) Hati yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat Q.S. 6 : 110
8) Hati yang tidak beriman 6:113
9) Hati yang bekerja sinergis bersama Pendengaran dan Penglihatan Q.S. 46 : 26
10) Hati yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri (optimalkan) Q.S. 16 : 78
11) Hati yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia Q.S. 14:37
12) Hati yang bisa kosong (melamun/mata tak berkedip) Q.S. 14:43
13) Hati yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) Q.S.32 : 9


Shodr adalah :
1) Hati yang lapang karena sudah dimudahkan dari kesulitan hidup Q.S. 94 : 1-8, Q.S.
2) Hati yang (banyak hal/berbagai macam isi) di dalamnya Q.S. 100 : 9-11
3) Hati yang dibisiki setan. Q.S. 114 : 5
4) Hati yang menjadi sempit menerima alkitab Q.S. 7 : 2
5) Hati yang bisa menghilangkan dendam karena beramal saleh Q.S. 7:43
6) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 35 : 38
7) Hati yang lapang karena sudah dimudahkan dari kesulitan hidup Q.S. 20 : 25-35
8) Hati yang disaat sempit membuat jadi sulit berbicara Q.S. 26 : 12-14
9) Hati yang isinya tidak bisa kita sembunyikan dihadapan Allah Q.S. 27 : 74-75, Q.S. 28 : 69, Q.S. 3:29
10) Hati yang bisa berarti Pikiran/bayangan Q.S. 17 :51
11) Hati yang bisa diobati dengan pelajaran dari Allah Q.S. 10 : 57
12) Hati yang bisa berpaling dari kebenaran Q.S. 11 : 5
13) Hati yang sempit menolak sebagian wahyu karena tidak ada bukti berupa harta kekayaan atau malaikat Q.S. 11 : 12
14) Hati yang tanpa dendam dan bersaudara di surga Q.S. 15 : 47
15) Hati yang bisa menjadi sempit karena perkataan/hinaan orang lain Q.S. 15 : 97
16) Hati yang lapang memeluk Islam, Hati yang sempit tersesat dan sesak seolah-olah sedang mendaki ke langit (kekurangan oksigen) Q.S. 6 : 125
17) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 39:7
18) Hati yang dibukakan Allah untuk menerima ajaran Islam Q.S. 39:22
19) Hati yang bisa diketahui penghianatannya lewat pandangan mata Q.S. 40 : 19
20) Hati yang menginginkan kebesaran (penghormatan) karena memperdebatkan ayat-ayat Allah Q.S. 40 : 56
21) Hati yang memiliki berbagai keperluan, termasuk kendaraan Q.S. 40:80
22) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 42:24
23) Hati yang bisa lapang dengan kekafiran Q.S. 16:106
24) Hati yang menyimpan rahasia perkataan, tapi Allah Mengetahuinya Q.S. 67 : 13
25) Hati yang didalamnya menyimpan Al-Quran sebagai ayat-ayat yang nyata Q.S. 29:49
26) Hati yang mudah gentar dan suka berbantah-bantahan, dan Allah Mengetahui isi hati. Q.S. 8 : 41-43
27) Hati yang bisa diketahui sinyal-sinyal kebenciannya lewat ucapan Q.S. 3 : 118
28) Hati yang bisa marah dan benci. Q.S. 3 : 119
29) Hati yang diuji agar Qolbu dibersihkan. Q.S. 3 153-154
30) Hati yang bisa berkeberatan/protes. Q.S. 4 : 88-90
31) Hati yang terindikasi ada keselarasan dengan proses terjadinya siang dan malam Q.S. 57:6
32) Hati yang menaruh keinginan-keinginan. Q.S. 59:9
33) Hati yang bisa ditakuti oleh manusia yang tidak takut kepada Allah. Q.S. 59 : 11-13
34) Hati yang di dalamnya ada Qolbu. Q.S. 22 : 45-46
35) Hati yang lega mendapatkan pertolongan Allah Q.S. 9 : 14

Dan Qolbu adalah :
1) Hati yang berpenyakit. Q.S. 74 : 31
2) Hati yang bertobat Q.S. 50 :33
3) Hati yang mendapat peringatan dari apa yang didengar dan disaksikannya Q.S. 50:37
4) Hati yang dikunci mati oleh Allah: Q.S. 7:100
5) Hati yang terkunci mati karena mendustakan kebenaran/bukti-bukti yang nyata 7:101
6) Hati yang berfungsi untuk memahami kebenaran Q.S. 7:179
7) Hati yang bersih siap menghadap Allah Q.S. 26:89
8) Hati (Muhammad) sebagai tempat turunnya Al-Quran (yang dibawa oleh Ruhul Amin/Jibril) Q.S. 26:194
9) Hati yang durhaka pun tetap dimasukkan ayat-ayat AlQuran di dalamnya Q.S. 26:200
10) Hati yang dindingnya tertutup sehingga tuli dari kebenaran : Q.S. 17 : 45-46
11) Hati yang dindingnya tertutup sehingga tuli dari kebenaran : Q.S. 6:25
12) Hati yang keras sehingga merasa benar dengan tindakan yang salah Q.S. 6:43
13) Hati yang tertutup bersamaan dengan pendengaran dan penglihatan Q.S. 6:46
14) Hati yang terkunci mati sampai datangnya siksaan Q.S. 10:88
15) Hati yang terkunci mati karena melampaui batas Q.S.10:74
16) Hati yang berdosa karena suka memperolok-olok Rosul Q.S. 15:11-12
17) Hati yang suci akan mendatangi Tuhannya Q.S. 37 : 84
18) Hati yang dihilangkan rasa takut dalam mengatakan kebenaran Q.S. 34: 23
19) Hati yang membatu dari mengingat Allah Q.S. 39 : 22
20) Hati yang tenang ketika mengingat Allah bersamaan dengan tenangnya kulitnya Q.S. 39 : 23
21) Hati yang kesal ketika disebutkan nama Allah Q.S. 39:45
22) Hati yang girang ketika disebut nama selain Allah Q.S. 39:45
23) Hati yang dindingnya tertutup sehingga tuli dari kebenaran : Q.S. 41: 5
24) Hati yang dikunci mati olehNya karena mengada-adakan dusta terhadap Allah Q.S.42:24
25) Hati yang diteguhkan oleh-Nya setelah melewati masa-masa sulit Q.S.18:10-14
26) Hati yang tertutup sehingga menjadi tuli dan tidak bisa memahami kebenaran Q.S. 18 : 57
27) Hati yang ingkar karena sombong Q.S. 16 : 22
28) Hati yang tetap tenang dalam kebenaran walau ucapannya mengatakan kekufuran Q.S.16 : 106
29) Hati yang terkunci karena lebih mengutamakan dinia daripada akhirat, sehingga pendengaran dan penglihatannya tertutup dari kebenaran Q.S. 16 : 108
30) Hati yang lalai karena suka “bercanda” dan tidak serius mendengarkan petuah kebenaran Q.S.21:2-3
31) Hati yang takut berbuat buruk dan bersegera berbuat baik Q.S. 23 : 60-61
32) Hati yang sesat dan banyak berbuat buruk Q.S. 23 : 63
33) Hati yang ketakutan ketika ditiupkan sangkakala Q.S. 79:8
34) Hati yang terkunci mati karena tak mau memahami ayat-ayat Allah Q.S. 30:59
35) Hati yang tertutup karena sering berbuat ekstrim dan dosa Q.S. 83 : 12-16
36) Hati yang terkunci bersamaan dengan terkuncinya pendengaran dan tertutupnya penglihatan dari kebenaran Q.S. 2 : 7
37) Hati yang berpenyakit. Q.S. 2 : 10
38) Hati yang merasa berbuat benar padahal salah Q.S. 2: 10-12
39) Hati yang lebih keras dari batu, sebab batu saja menurut kepada Allah Q.S. 2:74
40) Hati yang tertutup karena tidak beriman Q.S. 2 : 88
41) Hati yang mencintai Tuhan selain Allah Q.S. 2 : 93
42) Hati (Muhammad) sebagai tempat turunnya Al-Quran (yang dibawa oleh Jibril) Q.S. 2:97
43) Hati yang menuntut tanda-tanda kekuasaan Allah Q.S. 2 :118
44) Hati yang tertarik dengan kehidupan dunia Q.S. 2:204
45) Hati yang terpaksa atau menyengaja bersumpah Q.S. 2:225
46) Hati yang bergetar (mukmin) ketika disebut nama Allah Q.S. 8 :2
47) Hati yang tentram mendapat kabar gembira Q.S. 8:10
48) Hati yang menguat ketika diturunkan kantuk dan hujan Q.S. 8 : 11
49) Hati yang ketakutan melihat keteguhan orang-orang yang beriman Q.S. 8:12
50) Hati yang berpenyakit menyangka orang mukmin tertipu oleh agamanya Q.S. 8:49
51) Hati yang dipersatukan dengan Hati orang-orang mukmin lainnya Q.S. 8 : 63
52) Hati yang ada nilai kebaikan Q.S. 8:70
53) Hati yang condong kepada kesesatan suka menimbulkan fitnah dengan cara mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabihat Q.S. 3 : 7
54) Hati yang condong kepada kesesatan tidak akan mendapat rahmat dari sisiNya Q.S. 3 : 8
55) Hati yang dipersatukanNya Q.S. 3:103
56) Hati yang tentram mendapat kabar gembira Q.S. 3:126
57) Hati yang ketakutan karena suka berbuat syirik Q.S. 3 : 151
58) Hati yang dibersihkan setelah Shodr-nya diuji Q.S. 3:154
59) Hati yang menyesal telah berbuat benar Q.S. 3 : 156
60) Hati yang sengaja berbuat dosa Q.S. 33:5
61) Hati yang sesak dan tergoncang karena berburuk sangka kepada Allah Q.S. 33:10
62) Hati yang munafik dan berpenyakit Q.S. 33 : 12-13
63) Hati yang takut mati Q.S. 33 : 26
64) Hati yang isinya diketahui oleh Allah Q.S. 33 : 51
65) Hati yang suci menjaga pandangan mata dari istri-istri nabi Q.S. 33 : 53
66) Hati yang berpenyakit dan suka menebar kabar bohong Q.S. 33 : 60
67) Hati yang terkunci mati karena kekafirannya Q.S. 4 : 155
68) Hati yang tunduk karena beriman Q.S. 57 :16
69) Hati yang fasik dan menjadi keras Q.S. 57 : 16
70) Hati yang santun dan penuh kasih sayang Q.S. 57:27
71) Hati yang mengikuti hawa nafsu dan dikunci mati oleh Allah Q.S. 47 : 16
72) Hati yang berpenyakit dan takut mati Q.S. 47 : 20
73) Hati yang terkunci takkan mampu memperhatikan Al-Quran Q.S. 47:24
74) Hati yang berpenyakit dengki akan ketahuan/terlihat aslinya Q.S. 47 : 29
75) Hati yang tentram karena mengingat Allah Q.S. 13 : 28
76) Hati yang terguncang dan taku di yaumul akhir Q.S. 24:37
77) Hati yang bertaqwa karena mengagungkan syiar-syiar Allah Q.S. 22:32
78) Hati yang buta berada di dalam Shodr (dada) Q.S. 22:46
79) Hati yang takut dengan azab Allah Q.S. 59:2
80) Hati yang dengki kepada orang-orang yang beriman Q.S. 59 : 10
81) Hati yang berpecah belah walau tampak bersatu secara fisik 59 : 14
82) Hati yang lalim, berpenyakit, dan ragu-ragu Q.S. 24 : 50
83) Hati yang bergetar ketika disebut nama Allah Q.S. 22 : 35
84) Hati yang berpenyakit dan kasar bisa dimasuki syaitan Q.S. 22 : 53
85) Hati yang tunduk dan beriman kepada Al-Quran Q.S. 22 : 54
86) Hati yang terkunci mati karena setelah beriman kafir lagi Q.S. 63 : 3
87) Hati yang ditanamkan keimanan oleh-Nya Q.S. 58 :22
88) Hati yang merasakan indahnya (manisnya) iman karena tidak menurti hawa nafsu Q.S. 49:7
89) Hati yang belum dimasuki keimanan Q.S. 49:14
90) Hati yang teruji dan bertaqwa berbicara dengan suara rendah di hadapan Rosulullah saw Q.S. 49 : 33
91) Hati yang dipalingkan dari kebenaran Q.S. 61 : 5
92) Hati yang tidak selaras dengan ucapannya Q.S. 48:11
93) Hati yang Sombong karena jahil Q.S. 48 : 26
94) Hati yang tenang karena imannya betambah Q.S. 48:4
95) Hati yang menyangka bahwa ia telah berbuah baik, padahal tidak Q.S. 48: 13
96) Hati yang keras dan membatu karena (suka) melanggar janji Q.S. 5 : 13
97) Hati yang tidak akan disucikan-Nya karena suka menubah-ubah firman Allah Q.S. 5 : 41
98) Hati yang berpenyakit (munafik) Q.S. 5:52
99) Hati yang tentram karena melihat bukti Q.S. 5 : 114
100) Hati yang munafik (lain di kata lain di hati) Q.S. 9:8
101) Hati yang panas Q.S. 9 : 15
102) Hati yang bimbang dan ragu Q.S. 9 : 45
103) Hati yang dibujuk Q.S. 9 : 60
104) Hati yang mnyembunyikan sesuatu Q.S. 9:64
105) Hati yang diberikan kemunafikan olehNya Q.S. 9 : 77
106) Hati yang dikunci mati karena takut berjihad Q.S. 9:87, Q.S. 9:93
107) Hati yang dikunci mati karena takut berjihad Q.S. 9:93
108) Hati yang ragu Q.S. 9:110
109) Hati yang hancur Q.S. 9: 110
110) Hati yang hampir berpaling karena kesulitan masih diterima tobatnya Q.S. 9:117
111) Hati yang berpenyakit, diberitahu malah tambah ingkarnya Q.S. 9:125
112) Hati yang dipalingkanNya karena tidak mau mengerti Q.S. 9:127

Terimakasih
Wallahu alam
0 Comments

Secercah Cahaya Allah

9/9/2013

0 Comments

 
Siapa yang hanya hendak mengandalkan rasionya dan tidak mengandalkan kalbunya, maka dia telah mereduksi kemanusiaannya. Itu persis seseorang yang ingin menikmati musik dengan matanya atau persis seseorang yang ingin berjalan dengan kepalanya. Dan, cahaya Ilahi itu bisa diperoleh melalui pembersihan hati (kalbu).

Ada perbedaan antara siraman rohani dan uraian ilmiah. Uraian ilmiah itu arahnya ke akal kita serta baru dianggap baik dan sukses kalau ada sesuatu yang baru diterima, berbeda dengan siraman rohani. Siraman rohani itu tertuju ke kalbu kita, yang bisa saja didengar berulang-ulang karena belum mantap di hati sebelumnya, sehingga pengulangan itu akan memantapkan hatinya, apalagi kalau hati itu terbuka.

Itulah salah satu perbedaan antara uraian ilmiah dan uraian yang bersifat siraman rohani, karena memang ilmu itu berbeda dengan iman. Ilmu itu titik tolaknya akal, sedangkan iman itu titik tolaknya kalbu; Iman itu menyesuaikan seseorang dengan jati dirinya, sedangkan ilmu itu menyesuaikan seseorang dengan lingkungannya; Ilmu itu mempercepat seseorang sampai ke tujuan, sedangkan iman itu menentukan arah yang dituju seseorang; Iman itu revolusi internal, sedangkan ilmu itu revolusi eksternal; Iman itu memelihara seseorang dari petaka ukhrawi, sedangkan ilmu itu memelihara seseorang dari petaka duniawi; Iman itu diibaratkan dengan air bah yang suaranya sangat germuruh tetapi selalu menenangkan pemiliknya, sedangkan ilmu itu diibaratkan dengan air telaga yang jernih tetapi tidak jarang mengeruhkan hati pemiliknya.


Dalam tulisan yang singkat ini, saya ingin menguraikan tentang Fathullah. “Fath” itu terambil dari kata fataha yang artinya membuka. Sesuatu yang terbuka tadinya tertutup, tidak dibuka kalau dia sudah terbuka, kecuali kalbu. Bisa saja kalbu itu sudah terbuka tetapi masih harus dibuka lagi, dalam arti dilebarkan dan dilebarkan lagi, hingga makin banyak cahaya Ilahi yang ditampung. Ketika kita berkata fathullah, maka yang membuka itu adalah Allah. Hati ini dalam bahasa al-Quran biasa dilukiskan dengan kata nafs, biasa dilukiskan dengan kata qalbu, dan biasa juga dilukiskan dengan kata fu’ad.

Nafs adalah sisi dalam manusia, sedangkan qalbu mempunyai tiga tempat, yaitu: pertama, mengandung segala sesuatu yang disadari manusia dan dia tidak segan orang lain tahu isinya; kedua, segala sesuatu yang disadari manusia tetapi dia enggan diketahui orang lain. Itulah yang dirahasiakan; dan ketiga, sesuatu yang pernah diketahui oleh manusia tetapi sudah dilupakan, sehingga dia telah berada di bawah sadar manusia. Fu’ad adalah apa yang disadari.

Allah berfirman, “intajhar bil qaul fainnahu ya’lamu as-sirra wa akhfa”. Kalau engkau berucap dengan ucapan yang jelas, maka Allah mengetahui itu dan mengetahui yang rahasia, mengetahui juga yang lebih rahasia dari rahasia (kalbu).

Ada juga yang dinamakan al-futuhat al-Ilahiyah dan al fath ar-rabbani, selain istilah fathulllah. “Fath” bisa digunakan untuk terbukanya kalbu dalam menerima pengetahuan. Pengetahuan terbagi dua, yaitu ada yang diusahakan manusia, yang diisyaratkan dengan ‘allama bil qalam, dan ada yang tidak diusahakan manusia, yang diisyaratkan oleh ‘allama al-insana ma lam ya’lam. Yang terakhir ini puncaknya adalah wahyu dan tingkat yang paling rendah adalah mimpi. Mimpi ada yang merupakan sesuatu yang dipikirkan sebelum tidur dan ada yang merupakan sesuatu yang dialami sewaktu tidur, kemudian melahirkan mimpi, seperti orang yang mimpi tercekik, boleh jadi ada bantal di lehernya. Ada juga mimpi yang bersumber dari Allah Swt, itulah mimpi orang-orang shaleh dan mimpi yang dialami oleh para Nabi, seperti yang dialami Nabi Yusuf As. dan Nabi Ibrahim As. Mimpi ini menjadi salah satu bentuk dari al fath ar-rabbani, terbukanya apa yang tersingkap.

Semua yang bersumber dari Allah Swt. adalah cahaya Ilahi. Cahaya Tuhan itu wahyu Tuhan yang bisa dilukiskan seperti sinar matahari, bukan saat teriknya matahari tetapi saat naiknya matahari sepenggalan. Itulah waktu adh-dhuha. Sinar ini tidak membeda-bedakan objeknya. Siapapun yang bersedia keluar, dia akan mendapatkan sinar itu. Siapapun yang membuka hatinya, niscaya Allah akan mencurahkan cahaya ke dalam hatinya. Tetapi ingat, sinar hanya menembus objek yang transparan. Sinar tidak menembus tembok ini. Tetapi, sinar itu bisa memantul. Bisa saja saya menyampaikan informasi yang tidak mau anda terima, tetapi justru diterima dan dimanfaatkan oleh orang lain. Sinar Ilahi persis seperti itu, tidak membeda-bedakan. Dia akan menjadi al-fath ar-rabbani atau terbukanya hati yang hanya akan dilakukan oleh Allah, apabila hati ini merupakan sebuah tempat yang transparan.

Semua anugerah Allah yang berupa kebajikan itu tidak akan terlaksana kecuali setelah melalui tiga fase, yaitu datang dari Allah Swt, datang dari manusia, dan datang lagi dari Allah. Saya akan berikan contoh, bagaimana al-fath ar-rabbani atau terbukanya hati itu melangkah. Langkah yang pertama adalah memperoleh taubat. Taubat itu adalah stasiun pertama menuju Allah Swt. Taubat tidak bisa terlaksana kecuali kalau Allah terlebih dulu membuka langkah itu. Baca sewaktub Adam As. berdosa, Allah melangkah lebih dulu dengan memberikan kalimat-kalimat kepada Adam As, “fatalaqqa adamu min rabbihi kalimat”. Begitu dia menerima ayat-ayat itu, datang langkah kedua dari Adam dengan membaca doa, “rabbana dzalamna anfusana fain lam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna min al-khasirin”. Setelah itu, baru datang pengabulan taubat Allah sebagai langkah ketiga.

Allah Swt melalui rasulnya sudah melangkah yang pertama bersama rasulnya. Setelah turun ayat-ayat al-Quran ini, terserah kita apa kita sudah siap membuka hati kita. Kalau siap, yakinlah bahwa al-fath ar-rabbani akan datang kepada kita yang telah membuka hatinya. Adapun yang menutup hatinya jangan harap akan memperoleh fathullah itu (al-fath ar-rabbani). Sinar matahari itu bermacam-macam, ada yang dapat kita lihat dengan pandangan mata kita, tetapi ada juga sinar yang tidak terdeteksi oleh mata kita, ada sinar gamma, ada gelombang-gelombang radio, dan ada juga yang dinamakan dengan sinar ultra violet.

Orang-orang yang terbuka hatinya akan menyadari bahwa boleh jadi ada hal-hal dalam kehidupan dunia ini atau dalam firman-firman Allah yang baru masuk ke dalam hati bukan melalui rasio tetapi melalui kalbu. Ini perlu saya tekankan, apalagi para mahasiswa. Ada orang yang berkata, semua harus bersifat rasional. Saya katakan, siapa yang hanya hendak mengandalkan rasionya dan tidak mengandalkan kalbunya, maka dia telah mereduksi kemanusiaannya. Orang yang ingin memahami segala sesuatu dengan rasionya, itu persis seseorang yang ingin menikmati musik dengan matanya atau persis seseorang yang ingin berjalan dengan kepalanya.

Ada hal-hal dalam kehidupan kita ini yang baru dapat dipahami hanya dengan melalui kalbu kita, melalui siraman cahaya Ilahi. Nah, itu diperoleh melalui pembersihan hati ini, bukan diperoleh melalui korekan kuping dan bukan pula diperoleh dengan basuhan mata. Oleh karena itu, hati bisa menjadi wadah dan bisa juga menjadi alat. Ada orang yang hatinya hanya bagaikan kolam diisi dengan pengetahuan dari luar dan ada juga orang yang hatinya seperti sumur.

Di samping sebagai wadah, juga sumur itu adalah sumber datangnya air dari dalam, di mana air yang bersumber dari mata air itu jauh lebih jernih daripada air yang datang dari luar. Dengan demikian, bila ingin mendapatkan fathullah atau al-fath ar-rabbani, jadikanlah kalbu anda sumur. Untuk membuat sumur, gali batu-batunya dan keluarkan tanah-tanahnya sampai anda menemukan mata air. Dalam arti lain, keluarkan kotoran-kotoran yang ada di dalam hati, niscaya akan datang kepada anda al-futuhat al-Ilahiyah sampai datangnya pengetahuan yang tidak anda usahakan tetapi langsung datang dari Allah Swt. Wallahu A’lam bi ash-Shawab .
0 Comments

QALBU

9/9/2013

0 Comments

 
 Qalbu adalah Singgasana Allah
Pusat kendali diri setiap manusia
Landasan penampakkan Al Haq
Ranah hamparan kasih rahmatNya


Ia adalah cerminan hakikatNya
Mikroskop nilai keluhuranNya
Wadah penampung kalamNya
Jaring penangkap isyarat-isyaratNya


Ia dianalogikan dengan cahaya
Diurai dengan huruf-huruf Qur’ani
Ia laksana, minyak dan lampu
Dalam Misykat serta kaca menyala


Ia mudah terbalik dan pongah,
Qalbu yang ingat mulia, yang lalai nista,
Ia kadang bersinar, kadang gelap,
Ia menyinari jagad diri dan kehidupan,


Qalbu didatangi DutaNya untuk
Dipersiapkan menerima tugas ketuhanan
Qalb suci bermoral malaikatNya
Qalbu kotor berkarakteri setan terlaknat


Qalbu adalah penanda setiap insan
Adakah ia manusia baik atau buruk
Ia merupakan pundit rahasia batin
Samudera pengetahuan setiap manusia
Ia kunci pembuka keagunganNya
Pintu pembentang rahasia-rahasiaNya


Itulah wajah hakiki qalbumu yang sesungguhnya
Simpanlah rahasia batinmu, kau akan melihat rahasiaNya


Kebahagiaan dunia bisa diraih dengan jejak kaki
Kebahagiaan hakiki akhirat hanya bisa ditempuh dengan qalbu


Penyingkapan Agung dan tirai Makrifat terbuka oleh “laku“ qalbu
Rapor kebaikan dan keburukan setiap insani berdasar “laku“ qalbu


Manusia yang membiarkan kalbunya penuh noda hati
Selamanya tidak akan merasakan penyingkapan rahasia AgungNya


Qalbu adalah perbendaharaan agung
Modal utama setiap manusia menujuNya
Insan yang tidak memuliakan kalbunya
Akan menuai keburukan abadi di sisiNya


Qalbu adalah landasan pacu hakikat
Nilai hakiki tidak akan landing di qalbu yang kotor
Qalbu yang tidak suci berlumur hijab
Qalbu yang terhijab tidak akan Makrifatullah


Qalbu adalah media Wushul da Qurb
Keintiman denganNya juga dengan “laku“ qalbu
Hakikat kebaikan bersendikan qalbu
Kebaikan yang tidak bernurani, adalah busuk


Ilham suciNya turun di qalbu suci
Qalbu buruk adalah landasan bisikan jahat setan
Muara “laku“ qalbu adalah ridhaNya
KerelaanNya hanya berdasarkan “laku“ qalbu jernih
KemurkaanNya akibat “ulah“ qalbu
Siksa pedih akhirat juga akibat “ulah“ busuk qalbu


Qalbu adalah sentra penentu nasib
Kebahagiaan dan kesengsaraan hakiki akibat qalbu
Qalbu yang taat beroleh ridhaNya
Qalbu yang kufur, akan menuai kemurkaanNya
Qalbu yang pongah dan tersesat
Adalah qalbu yang lupa mendzikir padaNya
Wajah kebaikan qalbu adalah lurus
Wajah kesesatan qalbu, tindak kemaksiatannya


Tajamkan mata Qalbu dan pikir
Akan tersingkap keagungan rahasia ayat-ayatNya
Qalbu adalah pengantin jasad dan ruh
Hanya Qalbu Sakinah yang sambung dengan DiriNya


Lihatlah kepada “laku“ baik qalbumu
Itulah rahasia batinmu, dan modal utamamu menujuNya
Pandanglah kebaikan-kebaikanNya
Akan ditampakkan untukmu segala makna hakiki


►Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili [1366M - 1430M]


Hati adalah cermin pribadi setiap manusia. Lalu, cermin model manakah yang kita miliki dalam hati kita? Apakah hati kita bersih laksana cermin yang berkilau sehingga manantulkan perbuatan yang baik, ataukah malah kotor dan buram yang membuat kita selalu buruk? Hal ini sepertinya tergantung bagaimana kita merawat cermin hati yang kita miliki.

Bila kita selalu menjaga hati agar selalu bersih dan bening, maka cerminan perbuatan yang muncul pun akan selalu baik dan benar. Sebaliknya, kalau selalu membiarkan cermin hati kita kotor, dengan hiasan perbuatan buruk kita, maka pantulan kaca hati kita pun menjadi buram.

Empat Sifat Hati
Iman Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan bahwa di hati manusia berkumpul empat sifat. Sifat Sabu'iyah (kebuasan), bahimiyah (kebinatangan), syaithaniyah (kesetanan), dan rabbaniyah (ketuhanan). Masing-masing sifat itu bisa saling mengalahkan, tergantung dari manusia itu sendiri.

Kalau sifat rububiyahnya yang menang, akan timbul sifat manusia itu menjadi baik. Seperti mampu menahan hawa nafsu, qana'ah, iffah, zuhud, jujur, tawadhu, dan sejumlah sifat baik lainnya.

Manusia dengan hati yang demikian itu, senantiasa mengingat Allah. Dengan demikian, jiwanya selalu tenang dan tentaram. "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." (QS. Ar-Rad [13] : 28). Inilah hati orang-orang yang beriman. Tidak ada kebencian, kedengkian, kesombongan, dan penyakit hati lainnya yang bersarang di dadanya.

Seperti dikatakan Rasullulah dalam sebuah Hadits. "Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak." (HR. Ahmad dan Thabrani).

Sementara hati yang kotor, tentunya mencerminkan perbuatan yang kotor pula. Inilah orang-orang kafir. Segala perbuatan yang dilakukannya selalu jelek dan bertentangan dengan perintah Allah. Hal ini terjadi karena cermin dari hati yang kotor itu. Akibatnya, mamantul kepada perbuatannya.

Alquran menyebutkan, hati mereka telah terkunci dengan kebenaran. Bagi mereka, dinasehati atau tidak, sama saja. Selalu yang dilakukan perbuatan buruk. Karena cermin hatinya telah terkunci dengan kotoran."Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang sangat berat." (QS. Al-Baqarah [2] : 6-7)

Sedangkan orang-orang munafik, di hati mereka terdapat penyakit. "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyekitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka dusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah [2] : 10-12).

Begitulah fenomena sebuah hati, yang merupakan cermin bagi setiap tindak-tanduk manusia. Bila cermin itu bening, maka yang memantul adalah perbuatan baik. Sebaliknya, bila hati itu kotor maka yang muncul adalah suara atau perbuatan jelak dan kemaksiatan.

Dengan demikian, ketika ada orang yang mengatakan ‘hati nurani adalah suara kebenaran,' itu tidak selalu benar. Ini tergantung dari hati nurani siapa dahulu. Kalau hati nurani orang-orang yang beriman, itu memang suara kebenaran. Akan tetapi, kalau hati nurani orang kafir atau orang munafik, itu pasti adalah suara keburukan dan penipuan.

Karena itulah, bagi setiap orang beriman diperintahkan selalu menjaga kebeningan hatinya, yaitu dengan selalu menjalankan perintah Allah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Dengan begitu, berarti ia senantaisa menjaga kebeningan hati. Sehingga cermin yang ada di hatinya selalu bening dan akan memunculkan perbuatan yang baik. 
0 Comments

Hakikat Nur Sirrullah adalah Tali Wasilah

9/9/2013

0 Comments

 
Definisi Tali Wasilah
Berikut ini kalimat-kalimat yang saya rangkum ceramah Bapak Prof. Dr. Kadirun Yahya MA, M.Sc.
Bagian dari manusia yang akan kembali ke hadirat Allah SWT adalah Roh Manusia. Oleh sebab itu roh dalam diri kita di dunia ini harus selalu dilatih secara vertical untuk sampai dan selalu berhampiran kehadirat Allah SWT. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan Saluran Tali Allah SWT.

QS Al Maidah 35: “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah SWT (termasuk banyak berdzikir & shalat) & carilah wasilah( cara/metode untuk mendekatkan diri pada Nya & berjihadlah (sunguh-sungguhlah berjuang secara intensiflah beramal) pada jalnNya itu (pada metode itu) semoga kamu menang”
Wasilah dalam ayat tersebut jika diuraikan secara terperinci & teranalisa merupakan TALI ROHANI yang sambung menyambung, rantai berantai sampai dengan rohani Rasulullah, karena pancaran yang terus menerus dan yang selalu disalurkan dari Nuurun alaa Nuurin Yahdillahu li Nuurihi mayya syau
“ Nur Illahi beriring dengan Nur Muhammad, yang diberikanNya pada orang-orang yang dikehendakiNya”

QS Ali Imran 103
“ Berpeganglah kamu pada Tali Allah & janganlah kamu bercerai berai”Berdzikir pada Allah dengan mempergunakan metode/ cara menyatukan diri rohani kita dengan frekwensi atau gelombang yang dimiliki Rohani Rasulullah yang hidup pada sisi Allah “huwal awwalu wal akhiru”, melalui frekwensi dari pada rohani para ahli silsilah yang menerima & meneruskannya secara asli dan murni sambung menyambung secara berantai turun menurun hingga akhirnya sampai kepada Rohani Guru Mursyid saat ini.

Barulah sesudah mendapat frekwensi gelombang dari rohani rasulullah (Nurun ala nurin) melalui Rohani Sang Guru Mursyid, barulah Rohani kita dengan memakai/mempergunakan frekwensi itu yang pada hakekatnya telah menyatukan diri Rohani kita dengan diri Rohani Rasulullah hingga memiliki frekwensi yang sama. Barulah rohani kita detik itu juga dapat hadir ke hadirat Allah SWT karena rohani rasulullah sangat hampir pada Allah SWT.

Tanpa Wasilah tiap-tiap orang yang bermunajat kehadirat Allah SWT tidak akan mencapai sasaran dengan lain perkataaan tidak akan sampai kehadirat Allah SWT. Seperti yang dibacakan di atas QS Al Maidah 35

Yang sampai kepada matahari adalah yang terbit daripadanya, yaitu cahanya sendiri yang berdiri di atas matahari yang memancarkan nya ke seluruh alam. Jadi jelas pulalah wasilah yang menyampaikan sesuatu itu kepada Allah SWT, tidak lain dan tidak bukan yang dapat menyampaikannya ialah semata-mata yang terbit daripada Fi’il Sifat Zat Allah SWT sendiri yang memiliki getaran-getaran yang Maha Dahsyat, Nurun ala nurin. Cahaya di atas Cahaya yang berisikan Kalimah Al Haq yang terpencar dari yang Maha Punya Nama
Nurun ala nurin yang memasuki Rohani Rasulullah SAW, satu-satunya manusia yang pasti dimasukinya, tanpa wasilah ini, tidak akan ada alat komunikasi antara Muhammad dengan Allah SWT

HR Abu Daud dan An Nasai :
Tidak Kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasulku Doanya tergantung di Awang-Awang
Jika kita sudah berhampir dengan Rohani YANG MAHA MENANG yaitu ROHANI RASULULLAH maka secara otomatis komunikasi langsung dengan ALLAH SWT sebagai TUHAN YANG MAHA NYATA detik itu telah terbangun, keraguan bertemu ALLAH SWT pada waktu itu harus disirnakan karena sebenarnya kita sudah membangun komunikasi/bertemu dengan ALLAH SWT. Jika di dunia kita sudah mendapatkan teknik untuk berkomunikasi denganNYA maka di akhirat tidak perlu kuatir lagi untuk bersamaNYA. 

Kalau penulis mengumpamakan, jika penulis di Indonesia saja tidak bisa berenang jangan pernah penulis bermimpi menjadi juara lomba renang olimpiade. Sebelum mempraktekkan T2W penulis sering memohon kepada Allah SWT di akhir do’a agar masuk syurga, padahal masuk syurga itu harus diyakini sewaktu kita masih hidup di dunia, bukan diharap-harapkan saja tetapi HARUS dengan pasti mengenal teknik untuk bisa dekat dengan ALLAH SWT.

Praktek teknik tali wasilah (T2W) tidak bisa hanya sebatas dipraktekkan sebulan dua bulan, setahun dua tahun, sepuluh duapuluh tahun. Terus berapa lama? Kalau boleh penulis jawab di dalam hati, maka akan dijawab sampai “mati”. Kenapa smpai mati? Intinya pratek T2W harus diulang-ulang ibarat mendapatkan nilai rasa di dalam qolbu memang perlu praktek berulang kali di dapur qolbu kita dengan bimbingan Rohani Rasulullah yang MAHA MENANG.

Energi Nur Sirrullah
Nur Sirrullah adalah jembatan penghubung yang menghubungkan 7 petala langit, dari lapis terbawah sampai lapis tertinggi. Sehingga walaupun kesadaran dirimu belum terbuka hingga tataran tertinggi, namun engkau sudah bisa menyadap pengetahuan dari perbendaharaan ghaibNya. Itulah rizki dan karuniaNya untukmu.

Jembatan penghubung ini bisa juga di artikan dg frekwensi penghantar. Juga bisa diartikan tali wasilah. Hakikatnya itu adalah fi'il sifat yg datang dari sisiNya. Karena hakikatnya hanya Hidayah dari Allah saja yg bisa menjadi petunjuk bagi manusia. Wasilah inilah kendaraan yg menghantarkan gelombang fikiran manusia yg ada di alam materi hingga sampai ke alam ruhaniyah (Ilahiyah). Cahaya Nur Sirrullah ini jugalah yg menerangi jalan para penempuh spiritual dalam membuka stratum kesadarannya hingga bs mencapai derajat kesadaran manusia luhur Al-Insan Kamil.

Majelis NAQS mengajarkan metode mandiri ing pribadi. Fungsi pembimbing hanyalah memberikan pembekalan awal yg berupa Nur Sirrullah dan kaweruh/pengetahuan ttg sangkan paraning dumadi (peta jalan dan hakikat diri). Pengembangan selanjutnya dikembalikan kpd bakat dan ketekunan masing-masing murid. Medan perjuangan/mujahadah dan suluknya adalah pada kehidupannya sendiri yg dituntun oleh Nur Sirrullah yg ada di dalam dirinya. Jadi tdk ada jadwal suluk dan lain-lain yg terkurikulum dari perguruan.

Kunci perawatan ilmunya adalah pada hubungan silaturahmi antara pengasuh dan anggota majelis. Hubungan antara guru & murid adalah hubungan kekeluargaan. Dan jama'ah tawajjuhnya (majelis ruhaniah) adalah berupa komunikasi & silaturahmi antara pembimbing dan murid.


“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang paling baik.” (Q.S. An-Nisaa’: 69)

"Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan pentadbiran)-Nya, dan Dia jualah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." 
(Ayat 11 : Surah asy-Syura )

"Dan pd sisi Allah-lah kunci-kunci semua yg ghaib; tak ada yg mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yg di daratan dan di lautan, dan Tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering. melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfudz)"
- QS Al An'am 59 -


JAWANI WISIK AL-MAULUDI
by : Syekh Muhammad Sirrullah Al-Jawani

Manusia unggul adalah kalifah-Nya Allah
Tubuhnya mengakar ke bumi
Jiwanya menjangkau langit
Ruhnya selalu hadir dalam kebersamaan dengan-Nya

Bagaikan samudra, semua dilarutkan dalam dirinya
Tanpa ada perubahan di dalamnya

Itulah makna sejati, apa yang disebut JAWA
Pribadi teguh, memegang prinsip
Luwes menerima segala perubahan yang terjadi, tanpa perlu ada konflik
Sebab se-alam semesta adalah saudara
Tetepi cukup dengan kesadaran bahwa perbedaan adalah dinamika
Pertentangan adalah Qodrati, evolusi untuk menghasilkan sintesa-sintesa pembaharuan

Dalam Jawa, manusia bukan dipandang tak berdaya di hadapan-Nya
Tetapi seorang sahabat, kawan dan kekasih-Nya

Kepasrahan bukan menerima nasib tanpa kejuangan,
Tetapi menerima hidup dengan apa realitanya termasuk perjuangannya
Sudah jelas difirmankan oleh ALLAH SWT, dalam Q.S. 13 Ar-Ra’d : 11 berbunyi :
“Sesungghnya Allah tidak akan merubah ni’mat yang ada pada suatu kaum,
kecuali bila mereka sendiri merubah keadaannya”

JAWA bukan berarti orang, suku atau apapun, melainkan “Jiwa Yang Dewasa”

NUR MUHAMMAD
Pokok dari ajaran agama adalah mengajarkan kepada ummatnya tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan, cara mengenal-Nya dengan sebenar-benar kenal yang di istilahkan dengan makrifat, kemudian baru menyembah-Nya dengan benar pula. Apakah agama Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain, semuanya mengajarkan ajaran pokok ini yaitu bagaimana seseorang bisa sampai kehadirat-Nya. Karena itu pula Allah SWT menurunkan para nabi/Rasul untuk menyampaikan metodologi cara berhubungan dengan-Nya, tidak cukup satu Nabi, Allah SWT menurunkan ribuan Nabi untuk meluruskan kembali jalan yang kadangkala terjadi penyimpangan seiring berjalannya waktu.

Nabi Adam as setelah terusir dari syurga bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun bertobat kepada Allah SWT tidak diampuni, setelah Beliau berwasilah (teknik bermunajat) kepada Nur Muhammad barulah dosa-dosa Beliau diampuni oleh Allah SWT, artinya Allah mengampuni Adam as bukan karena ibadahnya akan tetapi karena ada faktor tak terhingga yang bisa menyambungkan ibadah beliau kepada pemilik bumi dan langit. Lewat faktor tak terhingga itulah maka seluruh permohonan Nabi Adam as sampai kehadirat Allah SWT. Faktor tak terhingga itu adalah Nur Muhammad yang merupakan pancaran dari Nur Allah yang berasal dari sisi-Nya, tidak ada satu unsurpun bisa sampai kepada matahari karena semua akan terbakar musnah kecuali unsur dia sendiri yaitu cahayanya, begitupulah dengan Allah SWT, tidak mungkin bisa sampai kehadirat-Nya kalau bukan melalui cahaya-Nya

Nur Muhammad adalah pancaran Nur Allah yang diberikan kepada Para Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW, dititipkan dalam dada para Nabi dan Rasul sebagai conductor yang menyalurkan energi Ketuhanan Yang Maha Dasyat dan Maha Hebat. Dengan penyaluran yang sempurna itu pula yang membuat nabi Musa bisa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan Para nabi menunjukkan mukjizatnya serta para wali menunjukkan kekeramatannya. Karena Nur Muhammad itu pula yang menyebabkan wajah Nabi Muhammad SAW tidak bisa diserupai oleh syetan.

Setelah Rasulullah SAW wafat apakah Nur Muhammad itu ikut hilang?

Tidak! Nur tersebut diteruskan kepada Saidina Abu Bakar Siddiq ra sebagai sahabat Beliau yang utama sebagaimana sabda Nabi:

“ Tidak melebih Abu Bakar dari kamu sekalian dengan karena banyak shalat dan banyak puasa, tetapi (melebihi ia akan kamu) karena ada sesuatu (rahasia) yang tersimpan pada dadanya”

Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda pula :
“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah ke dadaku, melainkan seluruhnya kutumpahkan pula ke dada Abu Bakar Siddiq”.

Nur Muhammad akan terus berlanjut hingga akhir zaman, dan Nur itu pula yang terdapat dalam diri seorang Mursyid yang Kamil Mukamil yang wajahnya juga tidak bisa diserupai oleh syetan. Memandang wajah Mursyid hakikatnya adalah memandang Nur Muhammad dan sudah pasti memandang Nur Allah SWT.

Nabi SAW bersabda :

La yadhulunara muslimun ra-ani wal man ra-a man ra-ani wala man ra-a man ra-ani ai walau bisab’ina wasithah, fainnahum khulafa-li fi tablighi wal irsyadi, inistaqamu ala syarii’ati.


“Tidak akan masuk neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik (orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syari’atku” (H.R. Al – Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).
Makna melihat dalam hadist di atas bukan dalam pengertian melihat secara umum, karena kalau kita maknai melihat itu dengan penglihatan biasa maka Abu Jahal dan musuh-musuh nabi juga melihat beliau akan tetapi tetap masuk Neraka. Melihat yang dimaksud adalah melihat Beliau sebagai sosok nabi yang menyalurkan Nur Allah kepada ummatnya, melihat dalam bentuk rabithah menggabungkan rohani kita dengan rohani beliau.

Darimana kita tahu seseorang itu pernah melihat Nabi dan bersambung sampai kepada Beliau? Kalau melihat dalam pengertian memandang secara awam maka para ahlul bait adalah orang-orang yang sudah pasti punya hubungan melihat karena mereka adalah keturunan Nabi.

Akan tetapi karena pengertian melihat itu lebih kepada rabitah atau hubungan berguru, maka yang paling di jamin punya hubungan melihat adalah Para Ahli Silsilah Thariqat yang saling sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Syukurlah bagi orang-orang yang telah menemukan seorang Guru Mursyid yang silsilahnya bersambung kepada Rasulullah SAW, yang selalu memberikan pencerahan dengan menyalurkan Nur Muhammad sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, bermohon atas namanya niscaya Allah SWT akan mengabulkan do’a dan dari Mursyid lah Firman Nafsani dari Allah terus berlajut dan tersampaikan kepada hamba-Nya yang telah mendapat petunjuk.

Barulah kita tahu kenapa memandang wajah Mursyid itu bisa mengubah akhlak manusia yang paling bejat sekalipun, karena dalam wajah Mursyid itu adalah pintu langsung kepada Allah SWT.

Nabi Adam as diampuni dosanya dengan ber wasilah kepada Nur Muhammad, apa mungkin dosa kita bisa terampuni tanpa Nur Muhammad?

Marilah kita memuliakan Guru Mursyid kita sebagai bhakti kasih kita kepadanya, dari Beliaulah Nur Muhammad itu tersalurkan sehingga bencana sehebat apapun dapat ditunda, sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah Guru kita dari dunia sampai ke akhirat kelak, jangan kita dengarkan orang-orang yang melarang memuliakan Guru sebagai Ulama pewaris Nabi sesungguhnya ajaran demikian itu baru muncul di abad ke-18, muncul akibat keberhasilan orang orientalis menghancurkan Islam dari dalam.

Ingat pesan dari Nabi SAW yang mulia :
“Muliakanlah Ulama sesungguhnya mereka adalah pewaris pada nabi, barang siapa memuliakan mereka maka telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya” (H.R. Al – Khatib Al – Baghdadi dari Jabir R.A.)
Syukur yang tak terhingga bagi orang-orang yang telah menemukan ulama pewaris Nabi, yang apabila memandang wajahnya sama dengan memandang Nur Muhammad, wajah yang tidak bisa diserupai oleh syetan, dengan wajah itu pula yang bisa menuntun kita dalam setiap ibadah, dalam kehidupan sehari-hari, wajah yang kekal abadi, wajah Nur Muhammad.
0 Comments
<<Previous

    Archives

    September 2013

    RSS Feed

    Picture
    Picture
    Picture
Powered by Create your own unique website with customizable templates.